Warjiman (54) warga Desa Wates RT 12 RW 02, Simo, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah sungguh mengenaskan. Pria lajang yang didera kemiskinan akut tersebut, selama 24 tahun mengalami kelumpuhan pada sekujur tubuhnya dan ironisnya belum pernah menikmati pertolongan medis.
Mantan tukang becak di Kota Semarang yang hanya hidup bersama ibu kandungnya yang bernama Tumiyem (87) ini, berdasarkan keterangan tetangganya, yakni Syarif (30), kondisi ekonominya sangat memelas. Di mana, sekitar tahun 1997, Warjiman mengeluhkan bagian pinggangnya terasa sakit. Terkait hal tersebut, ia pulang ke desanya karena di Semarang tak mempunyai kerabat.
“Setelah pulang, kondisinya semakin memburuk. Bagian pinggang sampai kaki tak bisa digerakkan kaku mirip kayu. Sehari- hari hanya tergeletak di ranjang sederhana,” kata Syarif.
Untuk mengatasi penyakitnya tersebut, lanjut Syarif, pihak keluarga mengupayakan berbagai pengobatan alternatif. Maklum, namanya saja warga pedesaan, untuk berobat ke dokter harus berfikir tentang biayanya. “Yang saya ingat, waktu itu saya masih duduk di bangku SMA. Saya sering membantu menggendongnya naik angkutan umum,” tuturnya.
Berteduh di tempat tinggal yang jauh dari layak, yakni bangunan sederhana berdinding papan dan berlantai tanah, untuk makan sehari- harinya dibantu kakak sulungnya yang bernama Warni (60). Celakanya, Warni sendiri tinggal hanya bersama anak- anaknya karena sang suami merantau. “ Kadang tetangga yang menuai panen ikut membantu beras,” ujar Syarif.
Sebagai tetangganya, Syarif sudah berupaya untuk meminta aparat desa agar turun tangan membantu Warjiman mau pun ibunya. Sayang, hal tersebut diabaikan. Sepertinya, kelumpuhan yang diderita warganya dianggap hal yang lumrah adanya. “ Karena jengkel, saya pernah mempostingnya di media sosial Boyolali,” ungkapnya geregetan.
Tanpa terasa, Warjiman menderita kelumpuhan sudah melewati 6 Presiden. Mulai orde baru di masa kepemimpinan almarhum Soeharto hingga Joko Widodo, kendati begitu, tidak ada satu pun pemerintahan yang berpihak pada dirinya. Bahkan, makin hari kelumpuhannya semakin akut. “Sekarang sudah menjalar sampai leher,” jelas Syarif.
Artinya, mulai ujung kaki hingga batas leher, tak mampu digerakkan. Warjiman hanya terbujur kaku mirip kayu hingga terlihat sangat memelas. Diakui oleh Syarif, Senin (13/2) sore kemarin, pihak Dinas Sosial Kabupaten Boyolali sempat mengunjungi Warjiman, mereka bermaksud membawa pria tersebut ke RSUD Pandan Arang, tetapi pihak keluarga tidak sanggup menjaganya.
Yang lebih ironis, tutur Syarif, kendati keadaan Warjiman mau pun ibunya sangat mengenaskan, namun ada juga penipu yang tega memperdayanya. Sekitar tahun 2013, datang laki- laki yang mengaku sebagai dukun yang mampu mengobati Warjiman. Dengan kepiawaiannya membual seperti galibnya pencoleng, sang dukun meminta disediakan uang tunai sebesar Rp 6 juta. Dalihnya, obat harus dibeli dari Malaysia.