Mohon tunggu...
Bambang Setyawan
Bambang Setyawan Mohon Tunggu... Buruh - Bekerja sebagai buruh serabutan yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Bekerja sebagai buruh serabutan, yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Warjiman 20 Tahun Lumpuh tanpa Mendapat Bantuan Medis di Boyolali

14 Februari 2017   14:03 Diperbarui: 25 Februari 2017   00:00 2124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seperti ini ruang dalam rumah Warjiman (foto: dok pri)

Warjiman (54) warga Desa Wates RT 12 RW 02, Simo, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah sungguh mengenaskan. Pria lajang yang didera kemiskinan akut tersebut, selama 24 tahun mengalami kelumpuhan pada sekujur tubuhnya dan ironisnya belum pernah menikmati pertolongan medis.

Mantan tukang becak di Kota Semarang yang hanya hidup bersama ibu kandungnya yang bernama Tumiyem (87) ini, berdasarkan keterangan tetangganya, yakni Syarif (30), kondisi ekonominya sangat memelas. Di mana, sekitar tahun 1997, Warjiman mengeluhkan bagian pinggangnya terasa sakit. Terkait hal tersebut, ia pulang ke desanya karena di Semarang tak mempunyai kerabat.

“Setelah pulang, kondisinya semakin memburuk. Bagian pinggang sampai kaki tak bisa digerakkan kaku mirip kayu. Sehari- hari hanya tergeletak di ranjang sederhana,” kata Syarif.

Untuk mengatasi penyakitnya tersebut, lanjut Syarif, pihak keluarga mengupayakan berbagai pengobatan alternatif. Maklum, namanya saja warga pedesaan, untuk berobat ke dokter harus berfikir tentang biayanya. “Yang saya ingat, waktu itu saya masih duduk di bangku SMA. Saya sering membantu menggendongnya naik angkutan umum,” tuturnya.

Ibunya yang renta setia merawatnya (foto: dok pri)
Ibunya yang renta setia merawatnya (foto: dok pri)
Ibarat sudah jatuh, masih tertimpa berbagai benda lainnya. Penyakit  Warjiman yang hanya memperoleh pengobatan alternatif bukannya membaik, namun semakin hari bertambah parah. Mulai dari makan, buang air kecil dan hajat, semuanya dilakukan di atas ranjang kayu. Sementara ibunya yang telah renta bertindak sebagai perawat, duh ngenesnya.

Berteduh di tempat tinggal yang jauh dari layak, yakni bangunan sederhana berdinding papan dan berlantai tanah, untuk makan sehari- harinya dibantu kakak sulungnya yang bernama Warni (60). Celakanya, Warni sendiri tinggal hanya bersama anak- anaknya karena sang suami merantau. “ Kadang tetangga yang menuai panen ikut membantu beras,” ujar Syarif.

Sebagai tetangganya, Syarif sudah berupaya untuk meminta aparat desa agar turun tangan membantu Warjiman mau pun ibunya. Sayang, hal tersebut diabaikan. Sepertinya, kelumpuhan yang diderita warganya dianggap hal yang lumrah adanya. “ Karena jengkel, saya pernah mempostingnya di media sosial Boyolali,” ungkapnya geregetan.

Di rumah ini Warjiman dan ibunya tinggal (foto: dok pri)
Di rumah ini Warjiman dan ibunya tinggal (foto: dok pri)
Ditipu Rp 4 Juta                                                              

Tanpa terasa, Warjiman menderita kelumpuhan sudah melewati 6 Presiden. Mulai orde baru di masa kepemimpinan almarhum Soeharto hingga Joko Widodo, kendati begitu, tidak ada satu pun pemerintahan yang berpihak pada dirinya. Bahkan, makin hari kelumpuhannya semakin akut. “Sekarang sudah menjalar sampai leher,” jelas Syarif.

Artinya, mulai ujung kaki hingga batas leher, tak mampu digerakkan. Warjiman hanya terbujur kaku mirip kayu hingga terlihat sangat memelas. Diakui oleh Syarif, Senin (13/2) sore kemarin, pihak Dinas Sosial Kabupaten Boyolali sempat mengunjungi Warjiman, mereka bermaksud membawa pria tersebut ke RSUD Pandan Arang, tetapi pihak keluarga tidak sanggup menjaganya.

Seperti ini ruang dalam rumah Warjiman (foto: dok pri)
Seperti ini ruang dalam rumah Warjiman (foto: dok pri)
“Yang jadi persoalan, ibunya sudah berumur 87 tahun dan tidak mempunyai penghasilan. Kalau sampai opname di RSUD Pandan Arang maka diperlukan transportasi wira wirinya, belum lagi biaya makannya saban hari. Ini masalahnya jadi kompleks,” jelas Syarif Selasa (14/2) siang.

Yang lebih ironis, tutur Syarif, kendati keadaan Warjiman mau pun ibunya sangat mengenaskan, namun ada juga penipu  yang tega memperdayanya. Sekitar tahun 2013, datang laki- laki yang mengaku sebagai dukun yang mampu mengobati Warjiman. Dengan kepiawaiannya membual seperti galibnya pencoleng, sang dukun meminta disediakan uang tunai sebesar Rp 6 juta. Dalihnya, obat harus dibeli dari Malaysia.

Begini sarana MCKnya, jauh dari sehat (foto: dok pri)
Begini sarana MCKnya, jauh dari sehat (foto: dok pri)
Karena memang awam terhadap dunia tipu- tipu, ditambah berkeinginan untuk sembuh, maka Warjiman meminta ibunya untuk menjual sebidang tanah yang berada di belakang rumahnya. Selanjutnya, uang hasil penjualan diberikan pada pencoleng tersebut. Hasilnya, usai menerima duit sebesar Rp 6 juta, bandit itu langsung raib bak ditelan bumi. Lengkap sudah penderitaan keluarga ini ! 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun