Mohon tunggu...
Bambang Setyawan
Bambang Setyawan Mohon Tunggu... Buruh - Bekerja sebagai buruh serabutan yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Bekerja sebagai buruh serabutan, yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Demi Literasi, Buruh Bangunan Ini Jalan Kaki Setiap Hari

9 Februari 2017   16:45 Diperbarui: 5 Maret 2017   08:00 2570
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anak- anak belajar menggambar di lapak Robi (foto: dok pri)

Anak- anak memperlihatkan minat baca yang tinggi (foto; dok pri)
Anak- anak memperlihatkan minat baca yang tinggi (foto; dok pri)
Terkait aktivitasnya yang saban sore membuka lapak untuk meminjamkan buku secara gratis, Robi mengakui dirinya sering dijemput rekannya sesama aktivis Perpusjal. Namun, bila sang teman berhalangan, ia pun berjalan kaki menuju lokasi. Hal tersebut dilakukan karena enggan mengecewakan anak-anak yang sudah mengharap kedatangannya.

Dalam dua bulan terakhir, Robi sendiri sudah membuat kerangka gerobak kayu yang nantinya akan difungsikan jadi pedati pustaka. Bila pedati biasa ditarik sapi, ia berencana pedati miliknya digandeng motor sehingga lebih praktis. Hanya yang menjadi persoalan, untuk menyediakan satu unit sepeda motor, dirinya belum memiliki kemampuan. “Meski harga motor bekas hanya berkisar Rp 5 - 6 juta, namun faktanya memang berat mewujutkannya,” kata Robi tanpa bermaksud mengeluh.

Kerangka pedati pustaka hampir jadi (foto: dok pri)
Kerangka pedati pustaka hampir jadi (foto: dok pri)
Diakui Robi, bila nantinya pedati pustaka miliknya sudah terwujud, geraknya dalam menyebar virus literasi bakal lebih leluasa. Sebab, dengan dukungan sarana transportasi itu, dirinya tidak lagi bergantung pada rekannya sesama aktivis. “Setiap saat saya bisa berangkat ngelapak, baik siang, sore maupun malam hari,” tukasnya.

Itulah sedikit gambaran seorang buruh bangunan yang tak menyerah oleh keadaan dalam menyebarkan literasi di Cirebon. Kendati kondisi ekonominya belum memungkinkan beraktivitas sosial, ia pantang menyerah dan terus bergerak. Bagaimanapun, langkahnya layak diapresiasi. Sebab, dirinya tak piawai mengumbar retorika, namun cerdas menyodorkan fakta.

“Saya minta doanya agar pedati pustaka segera terealisasi, syukur-syukur saya ada rejeki supaya mampu membeli motor bekas,” ungkapnya mengakhiri perbincangan. (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun