Mohon tunggu...
Bambang Setyawan
Bambang Setyawan Mohon Tunggu... Buruh - Bekerja sebagai buruh serabutan yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Bekerja sebagai buruh serabutan, yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Begini Bentuk Mushola dan Ponpes Tionghoa di Salatiga

28 Januari 2017   15:10 Diperbarui: 28 Februari 2017   02:00 5786
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pintu gerbang Ponpes Mutiara Hati Beriman (foto: dok pri)

Pintu gerbang Ponpes Mutiara Hati Beriman (foto: dok pri)
Pintu gerbang Ponpes Mutiara Hati Beriman (foto: dok pri)
Ya, Chang I Pao memang seorang mualaf sejak tahun 1985 lalu. Kendati begitu, begitu cintanya dengan Islam, ia tak mau setengah hati mempelajari seluruh ajaran Islam. Selain sempat kuliah di IAIN Kota Salatiga, dirinya juga aktif memberikan ceramah di berbagai pengajian. Perihal garis keturunan yang mengalir di tubuhnya, mantan karyawan PT Damatex tersebut tidak menepisnya.

“Saya memang keturunan Cina (Tionghoa), terus kenapa? Kan tidak masalah to? Bahkan, saya tak risih dipanggil dengan sebutan Kyai Cino,” ungkapnya suatu hari.

Bila Almarhum Yusuf Hidayatullah sempat membangun mushola yang representatif, KH Tio Iskandar Abdurrahman al Hasani yang biasa disapa dengan panggilan Ustad Iskandar, lebih fokus di bidang pendidikan di mana, untuk merealisasikannya, selain mendirikan taman kanak-kanak (rencananya juga SD), ia pun membangun ponpes.

Antara Almarhum Yusuf dan Iskandar memang memiliki banyak persamaan, di mana selain sama-sama berdarah Tionghoa, menjadi mualaf, juga tinggal di Kota Salatiga. Mereka ternyata tetap tidak meninggalkan budaya leluhurnya terkait soal warna. Terbukti, mushola maupun ponpes yang dibangunnya tetap menggunakan warna merah lambang kegembiraan, kebahagiaan, dan kesejahteraan.

Perpaduan warna kuning adalah lambang kemuliaan, kerajaan, kemakmuran, dan kekayaan. Sedang warna melambangkan energi positif (yang). Itulah sedikit penelusuran tentang warga keturunan Tionghoa di Salatiga yang menjadi mualaf, tetapi tetap tidak serta merta meninggalkan budaya leluhurnya, khususnya terkait arsitektur maupun warna. Xin Nian kuai Le 2017dan Gong Xi Fa Cai! (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun