Mohon tunggu...
Bambang Setyawan
Bambang Setyawan Mohon Tunggu... Buruh - Bekerja sebagai buruh serabutan yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Bekerja sebagai buruh serabutan, yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Nasi Jagung Goreng, Bisnis Kuliner Terbaru di Salatiga

21 Oktober 2016   14:47 Diperbarui: 22 Oktober 2016   19:48 2780
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ini juga nasi jagung goreng kelas kaki lima (foto; dok pri)

Warung Juragan yang buka di teras toko (foto: dok pri)
Warung Juragan yang buka di teras toko (foto: dok pri)
Karena penasaran dengan apa yang dipamerkan ibu Dewi, akhirnya Jumat (21/10) siang jadi ingin mencobanya. Kebetulan ada acara ke Getasan sehingga bisa mampir ke Waroeng Goenoeng yang lumayan ramai. Usai memesan, tak butuh waktu lama telah terhidang seporsi nasi jagung goreng bercampur daging ayam kampung. Saat masuk ke mulut, sensasinya memang berbeda. Bila nasi beras harus dikunyah berulangkali, nasi jagung cukup dikunyah sebentar langsung bisa ditelan. Rasanya? Maknyus karena sengaja pesan yang ekstra pedas.

Dari laris manisnya menu nasi jagung goreng ini, lagi-lagi ada perasaan penasaran. Berdasarkan penelusuran, ternyata harga bahan baku nasi jagung yang sudah matang sangat murah di pasaran. Untuk satu kilogram nasi jagung, harganya hanya Rp 12.000 yang mampu dibuat untuk 10 porsi. Bila satu porsi rata- rata dipatok Rp 12.000, setelah dipotong bumbu, daging ayam, sayuran dan telur, pedagang mampu mengantongi keuntungan bersih berkisar Rp 7.000! Kalau sehari laku 50 porsi saja, in come bersih Rp 350.000! Sungguh menggiurkan.

Kesimpulan sementara, nasi jagung memang lebih mudah memasuki pencernaan, membuat perut tahan lapar dan soal rasa, tergantung cara mengolahnya. Bila “asesoris” pelengkapnya komplit, rasanya lezat. Pantesan, Warung Juragan yang menempati emperan toko saban malam selalu penuh pengunjung. Lha wong emang nikmat, ditambah tidak menguras kantong jadi ya bisa dimaklumi kalau penggemarnya berjibun. Tertarik menyoba sendiri? Silahkan, siapa tahu nantinya mampu menjadi peluang bisnis. Alasannya, lezat rasanya juga lezat keuntungannya. (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun