Mohon tunggu...
Bambang Setyawan
Bambang Setyawan Mohon Tunggu... Buruh - Bekerja sebagai buruh serabutan yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Bekerja sebagai buruh serabutan, yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Terima Kasih Sahabat Kompasiana

10 Oktober 2016   16:35 Diperbarui: 27 Desember 2016   19:25 1489
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagai orang yang sejak akhir tahun 2014 lalu nyasar ke Kompasiana, secara tak terduga, Sabtu (8/10) kemarin, saya mendapatkan apresiasi dari para sahabat Kompasianer. Konon, ada dua penghargaan yang saya dapatkan yakni Best in Citizen Journalismdan People’s Choice 2016.

Sejak awal menjelang Kompasianival 2016, saya memang kurang begitu tertarik dengan beragam penghargaan itu. Beberapa sahabat yang terang- terangan mendukung saya, langsung saya ingatkan agar menarik dukungannya. Baik secara halus mau pun keras. Sementara yang mendukung rekan Kompasianer lain untuk katagori apa pun, selalu saya support. Bahkan saya malah memberikan suara kepada mbak Syasya (Korea). Bukan apa-apa, rasanya saya belum layak menerima apresiasi tersebut.

Begitu pun dengan sahabat-sahabat saya di Kopdar Semarang yang personilnya hanya 10 orang (tiga di antaranya di luar negeri dan satu orang di luar pulau Jawa), saya berulangkali meminta mereka untuk tak memilih saya dengan berbagai argumentasi. Namun, faktanya mereka ngeyel juga. Padahal, saya sudah berupa memohon agar dialihkan pada kandidat lainnya. Sayang, hal tersebut diabaikan.

Niat saya menulis di Kompasiana, selain mengenalkan kota Salatiga pada dunia juga memiliki target membantu orang-orang yang tengah didera kesulitan. Bukan sok pahlawan, namun, saya meyakini dengan Kompasiana mampu mengubah sesuatu. Dan, hal itu telah saya buktikan ketika membuat artikel reportase tentang perpustakaan jalanan di Kadirejo, Pabelan, Kabupaten Semarang mau pun di Bayalangu, Gegesik, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat.

Anak-anak muda sederhana yang getol menyebarkan virus literasi ini, awalnya hanya memiliki koleksi buku kurang dari 100 ekseplar. Namun, setelah saya geber di Kompasiana empat kali berturut-turut, akhirnya bantuan datang dari berbagai penjuru tanah air, bahkan rekan-rekan Kompasianer yang berdomisili di luar negeri pun ikut memberikan sumbangan buku. Sesuatu yang teramat sangat membahagiakan (baca : bamset2014/dahsyatnya-kompasiana-di-mata-buruh-bangunan).

Dalam catatan saya, rekan Kompasianer domestik yang menyumbangkan buku-bukunya adalah mas Subhan Riyadi, mas Hery Sofyan, mas Wahyu, eyang Extea, mas Wang Eddy, mbak Wahyu Sapta, mbak Indira Revi, mbak Sri Subekti, mas Yosep Efendi, Rumah Riang, mbak Indira Revi, mbak Ida Lumangge, pak Samsu Patitis (kepala PT Pos Indonesia Cabang Salatiga) dan seorang rekan Kompasianer yang enggan disebut namanya. Sementara dari luar negeri, mbak Usi Saba (Amerika), Opa Tjiptadinata (Australia), mbak Syasya (Korea), mbak Weedy (Jepang), mbak Biyanca Kenlim (Hongkong) hingga mbak Gana (Jerman).

Anda Semua Sosok Luar Biasa

Begitu pun dengan artikel reportase terakhir, yakni tentang seorang janda pejuang yang selama bertahun-tahun tinggal di kandang, ternyata mendapat respon luar biasa. Sukesi (75) warga Bendosari RT 01 RW 05, Kumpulrejo, Argomulyo, Kota Salatiga yang nasibnya sangat nelangsa, usai tayang di Kompasiana langsung menyita perhatian publik. Beberapa pejabat di Salatiga yang sebelumnya abai, mendadak memberikan atensinya (baca : http:janda-pejuang-ini-bertahun-tahun-hidup-di-kandang).

Ada kebahagiaan tersendiri ketika artikel di Kompasiana ternyata mempunyai magnet untuk menggerakkan hati orang guna membantu sesamanya. Begitu pun dengan beberapa artikel lainnya tentang kreatifitas warga Salatiga dan sekitarnya yang usai muncul di Kompasiana, ternyata mampu memperoleh kemajuan yang signifikan. Rasanya, bahagia yang membuncah di dada semakin lengkap.

Kembali pada apresiasi yang diberikan pada Kompasiana berupa award Best in Citizen Journalismdan People’s Choice 2016, semuanya tak lepas dari dukungan rekan-rekan Kompasianer di seluruh Indonesia mau pun luar negeri. Saya tak bisa menyebutkan satu persatu karena akan memakan halaman (saking banyaknya) nama yang harus ditulis. Saya sangat berterima kasih pada anda semua, juga saya memohon maaf karena tak bisa hadir di Jakarta. Yang jelas, anda adalah sosok- sosok luar biasa di mata saya.

Sedikit yang perlu saya tambahkan menjelang pengumuman pemberian award di Kompasianival 2016, pada menit- menit terakhir, mas Kevin masih sempat melakukan konfirmasi terhadap kehadiran saya di gedung Smesco. Saya mohon maaf karena tak bisa hadir, terkait hal itu  saya mengatakan kepada mas Kevin agar berbagai hal yang terkait saya, sebaiknya dibatalkan saja. Namun, mungkin karena panitia merasa iba, hal tersebut tidak dilakukan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun