Mohon tunggu...
Bambang Setyawan
Bambang Setyawan Mohon Tunggu... Buruh - Bekerja sebagai buruh serabutan yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Bekerja sebagai buruh serabutan, yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Janda Pejuang Ini, Bertahun-tahun Hidup di Kandang

6 Oktober 2016   16:55 Diperbarui: 7 Maret 2017   00:00 2062
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Begini kondisi bagian dapurnya (foto: dok pri)

Di usia uzurnya, mbah Kesi mengakui sebenarnya sekarang pensiun yang diterimanya Rp 1,2 juta. Namun, karena sudah terlanjur terjerat hutang, saban bulan ia hanya menerima Rp 50 ribu. Untuk makan sehari- hari, dirinya berakrobat dengan berhutang ke bank thitil.

Kalau tidak biasa mengangsur, biasanya saya menjual salah satu ayam piaraan,” jelasnya.

Begini kondisi bagian dapurnya (foto: dok pri)
Begini kondisi bagian dapurnya (foto: dok pri)
Terbayang, bagaimana kalau hujan lebat mengguyur bumi. Apa yang bisa dilakukan mbah Kesi? Begitu pun semisal dirinya didera sakit, siapa yang akan membawanya berobat? Mengingat kondisi rumahnya yang jauh dari sehat, pastinya tubuh rentanya rentan diterjang penyakit. “Kalau masuk angin ya dikeroki sendiri nanti kan sembuh sendiri,” tukasnya enteng saat saya singgung hal tersebut.

Beberapa hari lalu, kata nenek ini, perwakilan salah satu  komunitas di Salatiga telah mengunjunginya. Selain melakukan pengecekan lapangan, komunitas tersebut berencana akan menggelar bedah rumah. Hanya kapan bakal direalisasi, mbah Kesi belum bisa memastikannya.

Mbah Kesi ditemani (dokpri)
Mbah Kesi ditemani (dokpri)
Hampir 30 menit kami berbincang, ketika ada kesempatan berkeliling memutari kandang merangkap rumah itu, sama sekali tidak terlihat adanya MCK. Karena nyaris seluruh gentingnya sudah banyak yang pecah, maka air hujan bebas membasahi lantai tanah. Akibatnya, penjuru ruangan becek. Bila nenek renta itu tak hati-hati melangkah, alamat terjerembab. Pasalnya, tak terlihat adanya aliran listrik.

Saat saya berpamitan, mbah Kesi sempat mengantar sampai jalan aspal di depan rumahnya. Ia terlihat sangat gembira ada yang mengunjunginya. Duh! Negara ini sudah 71 tahun merdeka, namun masih ada janda pejuang yang bertahun-tahun tinggal di kandang berbaur bersama anjing dan ayam piaraan. Banyak orang kaya, tapi banyak pula yang tidak peduli. Begitu juga dengan media, sepertinya ikut abai memberitakannya. (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun