Mohon tunggu...
Bambang Setyawan
Bambang Setyawan Mohon Tunggu... Buruh - Bekerja sebagai buruh serabutan yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Bekerja sebagai buruh serabutan, yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Tiga Puluh Enam Tahun yang Lalu

19 September 2016   13:16 Diperbarui: 19 September 2016   13:25 1475
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“ Ah ! Ga usah becanda Ron. Rini kan ada di Jakarta, mana mungkin dia berada di Salatiga. Ngarang  kamu,” ujar Andre jauh dari percaya.

“Hoiiii bro, ini simbahnya serius. Kalau gapercaya ini orangnya mau bicara sendiri,” tukas Roni seperti memberikan hand phone pada seseorang yang tak berapa lama terdengar suara perempuan.

“ Halo selamat malam Ndre… ,” terdengar suara lirih dari hand phone Roni, lidah Andre seakan tercekat tak mampu bicara. Ia tidak menduga, gadis yang pernah dekat dengannya 36 tahun lalu, mendadak menyapanya. Padahal, selama ini bermimpi pun belum pernah.

“ Halo juga. Beneran nih ini Rini ?” Tanya Andre setengah tak percaya.

“ Bener Ndre, masak kamu lupa dengan suaraku ? Aku juga ga percaya bisa bertemu Roni lagi dan bisa bicara denganmu,” kata Rini.

Setelah basa basi sedikit, akhirnya Rini banyak bercerita. Ia sudah menjanda selama 15 tahun karena Ronald di tahun 2001 meninggal dunia akibat serangan jantung juga. Setelah suaminya tidak ada, Rini berjuang sendirian untuk membesarkan dua anaknya. Dari rumah kontrakan satu pindah ke kontrakan yang lain telah dilakoninya. Begitu pun dalam mencari nafkah, Rini melakukan apa pun demi mempertahankan periuk nasi tetap terisi.

Setelah anak- anaknya dewasa, Rini di awal bulan September 2016 pulang ke kampung halamannya Salatiga. Kebetulan, ibu kandungnya tinggal sendirian sepeninggal ayahnya. Rini berharap teman- temannya saat sekolah bisa membantunya mencarikan pekerjaan sampingan atau minimal mengajaknya bisnis kecil- kecilan. Sebab, dirinya dan sang ibu membutuhkan dukungan finansial untuk mempertahankan hidup. Celakanya, yang paling diharapkan menjadi dewa penolong adalah Andre. Orang yang pernah dekat dengannya jaman sekolah yang sekarang hidup mapan.

Sepertinya ada nestapa akut yang hendak disodorkan, seakan Rini tengah terombang ambing dalam gelombang kerasnya kehidupan dan hanya Andre yang mampu menolongnya. Perempuan yang pernah dicintai sekaligus dibencinya, mendadak kembali hadir. Berbagai tanya sempat mengendap pada diri Andre, namun tak mampu terlontarkan. Bagaimana pun juga, tetap tersisa iba.

GimanaNdre ? kamu mau kan membantuku ?” Tanya Rini penuh harap di penghujung ceritanya.

Demi mendengar pertanyaan itu, Andre merasa bingung bukan kepalang. Rini adalah bagian masa lalu, sekarang dirinya merupakan suami dan ayah yang sangat mencintai keluarganya.  Bila ia menanggapi permintaan Rini, sangat dipastikan nantinya bakal berimplikasi adanya cinta lama bersemi kembali. Usianya sekarang sudah 55 tahun, begitu pun Rini, pasti tak jauh berbeda. Apa mungkin asmara di usia senja akan terjalin ? 

Andre benar- benar pada posisi yang sangat dilematis. Satu sisi ia merasa kasihan dengan nestapa yang menimpa Rini, perempuan yang diyakini masih menyisakan raut kecantikannya. Tetapi di sisi lain, dirinya teramat sangat mencintai keluarganya. Perjalanan panjang telah dilaluinya bersama Dewi.Ah, aku tidak mau menghianati Dewi, batinnya. Setelah berfikir sejenak, akhirnya Andre harus mengambil keputusan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun