Lantas, dengan kepadatan jadual yang dimiliki bocah 10 tahun itu, apakah ada dampak negatif terhadap prestasi belajarnya ? Ternyata sama sekali tidak berpengaruh sedikit pun. Sejak kelas 1 SD hingga sekarang ini, Athan selalu menempati rangking I. Bahkan, di berbagai lomba tingkat SD pun, Athan kerap maju mewakili SD Negeri 02 Kota Salatiga. Â Perihal prestasinya tersebut, berdasarkan hasil konfirmasi di sekolahnya, benar adanya.
Sementara di dunia pewayangan mau pun beragam lomba lainnya , prestasinya juga tak kalah moncer. Tercatat, nama Athan pernah menjadi dalang sabet terbaik tingkat nasional tahun 2015, juara 1 lomba Pakeliran Padat tingkat Kabupaten Semarang, juara 1 lomba dalang cilik se Kabupaten Semarang, juara 1 lomba mocopat se Jateng, , lomba 1 mendongeng bulan bahasa, juara 1 Duta Lingkungan, juara 1 lomba menyanyi dan berbagai gelar lainnya.
Itulah sepak terjang Athan, dalang cilik yang sejak usia 1 tahun sudah berupaya nguri- uri kebudayaan tradisional. Dengan tekadnya menekuni dunia pedalangan, bukan berarti mengabaikan pendidikan formalnya. Terbukti, prestasi di sekolahnya tetap bersinar. Bagaimana pun juga, rekam jejak anak berumur 10 tahun tersebut layak diapresiasi. Terlepas dari rupiah yang dikumpulkannya, niatnya merawat kesenian Indonesia harus ditularkan pada jutaan anak- anak di Republik ini. Salam lestari. (*)