Sukses memindahkan ratusan peadagang barang bekas, membuat kawasan Shopping Centre terlihat bersih dan rapi. Sayang, entah siapa yang memulainya, pedagang kaki lima mulai mengadu untung di lokasi. Secara perlahan tapi pasti, nyaris seluruh areal parkir yang ada sudah penuh sesak oleh lapak pedagang. Barang yang dijajakan pun beragam, ada yang baru namun banyak pula yang barang bekas.
Karena selama bertahun – tahun menyandang nama Shopping Centre, maka setelah pindah pun, nama tersebut tetap dipertahankan. Hanya ada sedikit tambahan, yakni nama Taman Sari melekat di depannya. “ Siapa yang member nama juga tidak jelas, pokoknya asal saja. Mungkin nama Shopping Centre dianggap membawa hoki,” kata mbah Karmin yang sekarang sudah beristirahat dari aktifitas berdagangnya.
Yang membuat Mauludin ketagihan, di awal tahun 2005, secara iseng ia bertandang ke TMSC. Di salah satu lapak, dirinya melihat sebuah sepeda onthel merk Fongers buatan tahun 1922. Oleh pedagang, barang tersebut ditawarkan seharga Rp 500.000. Melalui proses tawar menawar yang ulet, akhirnya sepeda dilepas dengan harga Rp 350.000. “ Hanya seminggu di tangan saya, setelah saya bersihkan karatnya. Sepeda itu dibeli oleh kolektor Jogja dengan harga Rp 11 juta,” ungkapnya.
Menurutnya, berbelanja di TMSC, harus menggunakan strategi tersendiri. Di sini, seperti galibnya pasar tradisional, maka, semua barang sebelum dibawa pulang konsumen selalu melalui proses tawar menawar yang berlangsung alot. Salah satu contoh, semisal harga yang dibuka pedagang Rp 1 juta, bila calon pembeli ulet bernegoisasi, barang mampu terbeli dengan angka Rp 200.000 an. Tetapi, kalau tak piawai menawar, ya alamat termakan omongan penjualnya. “ Pokoknya jangan malu menawar,” pesannya sembari menambahkan bahwa ia kerap bertemu kolektor asal luar kota di lokasi.
Itulah gambaran TMSC di Salatiga, pusat barang loakan terbesar di kota kecil ini. Apa pun yang dibutuhkan, mulai paku hingga onderdil motor semua tersedia. Kepiawaian dalam negoisasi harga, akan menjadi penentu transasksi. Bila anggaran yang ada di dompet tipis namun tetap memaksakan diri ingin memiliki barang elektronik, cobalah bertandang ke sini. Berbaur dengan beragam keringat, dijamin bakal menjadi sensasi tersendiri. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H