Mohon tunggu...
Bambang Setyawan
Bambang Setyawan Mohon Tunggu... Buruh - Bekerja sebagai buruh serabutan yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Bekerja sebagai buruh serabutan, yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Di Balik Legitnya Dawet Ireng, Purworejo

6 September 2016   15:54 Diperbarui: 6 September 2016   16:39 1213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Warung dawet pak Wagiman yang selalu ramai (foto: dok pri)
Warung dawet pak Wagiman yang selalu ramai (foto: dok pri)
Hanya menurut pembantunya, dalam sehari rata- rata warung dawet irengnya pak Wagiman menyediakan stock hingga 300 mangkok. Buka mulai pukul 09.00, hebatnya pk 15.00 dagangannya sudah ludes. “Ya karena  sudah habis warung ya langsung ditutup,” kata pembantunya yang tak sadar tengah digali keterangannya.

Bila apa yang diungkapkan pembantunya benar adanya, maka, masih menggunakan asumsi perhitungan di lapak pak Din, artinya income bersih pak Wagiman layak disebut sangat “dahsyat”. Sebab, setelah dipotong bahan baku, untung bersihnya mencapai Rp 1.500 kali 300 mangkok, mencapai Rp 450.000  sehari. Karena jarang libur kecuali ada kepentingan keluarga, Rp 450.000 kali 30 hari : Rp 13,5 juta / bulan !

Padahal, di sepanjang jalan raya Butuh ini, terdapat banyak sekali Wagiman-Wagiman yang lain. Ternyata, di balik keberadaan semangkok dawet ireng, tersembunyi sesuatu yang “dahsyat”. Dengan penghasilan berkisar Rp 5 juta hingga Rp 13,5 juta perbulan, artinya hal ini merupakan bisnis menggiurkan bagi rakyat kebanyakan.  Apa lagi, bila lapak yang dimilikinya lebih dari satu, maka “kedahsyatan”nya lebih terasa. Terbukti, selain sebagai pelepas dahaga, ternyata mampu membuat dompet makin tebal. Anda tertarik mencobanya ?  (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun