Puluhan group Drumblek, atau Marching band tradisional yang menggunakan barang bekas dalam setiap penampilannya, ternyata mampu menyihir ribuan warga Salatiga. Tak hanya masyarakat biasa, Pj Walikota Drs Agus Rudianto pun ikut turun ke jalan sembari berjoget.
Dalam karnaval untuk memperingati hari ulang tahun kemerdekaan RI ke 71, sebenarnya pihak panitia menghadirkan beragam kesenian seperti reog, barongsai hingga Marching band. Celakanya, Drumblek yang memang dibidani oleh Didik, warga kampung Pancuran, Kutowinangun, Tingkir, Kota Salatiga selalu menjadi primadona.
Untuk drum, para pemain Drumblek menggunakan drum plastik bekas atau drum seng. Sedangkan peralatan lainnya biasanya terbuat dari bambu mau pun barang tak terpakai lainnya. Untuk tampil, biasanya satu group yang terdiri 50- 60 orang dipimpin 2-3 mayoret yang kece, berwajah cantik, body langsing dan berkulit mulus. Mayoret, kerap tampil atraktif sehingga mengundang decak kagum penonton.
Menurut Dwi, kendati Drumblek berasal dari Salatiga, namun,pertumbuhannya di Kabupaten Semarang relatif cepat.Saat ini, hampir seluruh desa yang ada di kabupaten tersebut telah memiliki group Drumblek dan kompetisi kerap digelar minimal 3 bulan sekali. “ Bahkan hari ini, juga berlangsung festival Drumblek di Kopeng,” jelasnya.
Menjelang karnaval dimulai, terdapat banyak orang seperti Dwi yang berbaur dengan ribuan warga Salatiga. Mereka memadati jalur yang dilalui peserta pawai yang mengenakan beragam kostum. Mengambil start di lapangan Panca Sila dan finish di lapangan yang sama, barisan pertama terdiri atas pembawa bendera merah putih, disusul rombongan lainnya.
Sebenarnya beberapa group reog yang pemainnya didominasi anak muda juga menerima sambutan hangat dari penonton, kendati begitu, keberadaan Drumblek dengan irama khasnya tetap menjadi yang nomor satu. Di sepanjang route karnaval yang mencapai sekitar 4 kilometer, praktis sambutan meriah warga tertuju pada kesenian asli Salatiga tersebut.