Mohon tunggu...
Bambang Setyawan
Bambang Setyawan Mohon Tunggu... Buruh - Bekerja sebagai buruh serabutan yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Bekerja sebagai buruh serabutan, yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Buruh Bangunan ini, Mengubah Motor Butut Jadi Perpustakaan Berjalan

17 Agustus 2016   16:49 Diperbarui: 17 Agustus 2016   20:17 1064
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Republik ini boleh merdeka sejak 71 tahun lalu, kendati begitu, kemerdekaan yang identik dengan kebebasan ternyata belum sepenuhnya dimiliki anak-anak Desa Bayalangu Lor, Kecamatan Gegesik, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. Terbukti, hanya untuk menikmati bacaan gratis saja, mereka dipaksa bersabar menunggu kedatangan Perpustakaan Jalan (Perpusjal).

Adalah Robianto, pria asal Desa Bayalangu Lor RT 12 RW 03 yang menangkap besarnya hasrat membaca di kalangan anak-anak. Sejak lima bulan lalu, ia mengumpulkan berbagai buku bacaan anak-anak hingga dewasa. Setelah terkumpul sebanyak 200 judul serta beragam mainan tradisinal seperti dakon, halma, ular tangga serta alat menggambar, dirinya berkeliling seantero desa sekedar menyajikan buku- buku tersebut secara gratis.

Memanfaatkan sepeda motor tua yang dimodifikasi mirip perahu, saban hari Robianto berkeliling. Termasuk saat bangsa ini merayakan hari ulang tahun kemerdekaan, Kamis (17/8) siang, ia dengan motor antiknya menggelar ratusan buku di lapangan Gegesik. Tanpa sungkan, dirinya meladeni anak-anak yang ingin meminjam buku bacaan secara gratis. Ada yang disimak di lokasi, namun tak sedikit yang membawanya pulang.

anak- anak langsung memanfaatkan mainan Perpusjal (foto; dok pri)
anak- anak langsung memanfaatkan mainan Perpusjal (foto; dok pri)
Robi yang sehari- harinya bekerja di bangunan, terkadang juga berdagang makanan, mengaku memiliki empati terhadap keberadaan anak-anak yang kesulitan mendapatkan buku bacaan secara gratis. Kendati di Kabupaten Cirebon terdapat Perpustakaan Daerah (Perpusda), namun, pelayanannya belum mampu menjangkau pedesaan. Akibatnya, orang yang ingin menikmati buku bacaan harus menempuh perjalanan lumayan jauh.

Hal itu tentunya sangat wajar, sebab Kabupaten Cirebon yang berpenduduk sekitar 2 juta jiwa, mempunyai 40 kecamatan , 412 desa plus 12 kelurahan. Jadi, semisal Perpusda membuat unit perpustakaan keliling, ya tetap saja keponthal- ponthal. “Celakanya Perpusda juga belum memiliki unit perpustakaan keliling,” jelas Robi.

Melihat fenomena tersebut, Robi yang berumur 30 tahun merasa tergugah. Ia enggan berdiam diri, baginya virus literasi harus ditularkan pada anak-anak sedini mungkin. Dengan bantuan temannya yang berasal dari desa tetangga, dirinya diberi sebuah motor tua yang sangat tidak layak pakai. Tanpa plat nomor, bahkan tahun pembuatannya pun tak begitu jelas akibat saking uzurnya. “Motor itu akhirnya saya modifikasi mirip perahu,” jelasnya.

Sehari Keluar Rp 50 Ribu

Setelah kendaraan untuk operasional dirasa siap, Robi berupaya menjaring pertemanan dengan berbagai pihak. Tujuannya, agar ada yang mau menghibahkan buku bacaan bagi anak-anak. Ia juga kerap menyisihkan sebagian duitnya untuk membeli buku-buku bekas dan mainan anak- anak.  “Saya sejak lima bulan lalu mulai berkeliling di sekitar desa untuk membuka perpustakaan gratis ini,” tutur Robi.

Yang membuat Robi lega, ternyata respon anak-anak mau pun orang dewasa sangat positif. Setiap ia tiba, mereka langsung mengerumuninya untuk memilih berbagai buku bacaan. Spontanitas warga dalam memperlihatkan gairah membaca yang tinggi itulah yang membuat dirinya semakin bernafsu berkeliling saban harinya. Konsekuensinya, setiap kali jalan, dompetnya terkuras antara Rp 30 ribu hingga Rp 50 ribu.

Belajar sambil lesehan (foto: dok pri)
Belajar sambil lesehan (foto: dok pri)
“Uang Rp 30 ribu sampai Rp 50 ribu itu, kadang saya keluarkan dari kantong pribadi. Tapi tak jarang dibantu rekan-rekan yang bersimpati atas gerakan saya ini,” ungkap Robi serius.

Menurut Robi, di wilayah kabupaten Cirebon sendiri, terdapat sekitar 10 unit Perpusjal yang dikelola oleh orang- orang seperti dirinya. Mereka memiliki tujuan sama, yakni menularkan virus literasi secara pribadi. Kendati tak menampik adanya bantuan pihak lain, namun, Robi mengaku perjuangannya enggan disangkut pautkan dengan pemerintah. Prinsipnya, segala keterbatasan yang ada tidak menghalangi anak bangsa berinovasi.

Ada satu cita- cita mulia yang tengah dirintis oleh Robi, yaitu berdirinya sebuah rumah baca di desanya. Secara swadaya, ia bersama rekan-rekannya sudah mulai membuat bangunan sederhana dari papan. Nantinya tempat tersebut bakal difungsikan sebagai perpustakaan gratis yang seluruh warga desa Bayalangu Lor bisa menikmatinya setiap saat. “Proses pembangunan terhenti sementara karena kehabisan dana,” ujarnya.

Robianto, pria luar biasa (foto: dok pri)
Robianto, pria luar biasa (foto: dok pri)
Kondisi Perpustakaan perahu yang diberi nama Perpusjal sendiri, sebenarnya sangat memperihatinkan. Selain motornya kerap ngadat, koleksi bukunya yang berjumlah 200 eksemplar membuat pembacanya jenuh. Pasalnya, selama lima bulan belum ada tambahan buku bacaan khususnya bagi anak- anak. Terkait hal itu, Robi mengakui membuka pintu selebar-lebarnya terhadap pihak-pihak yang ingin menghibahkan buku bekas.

Begitulah Perpusjal yang dikelola oleh seorang laki-laki bernama Robianto, ia yang hanya buruh bangunan, ekonominya pas-pasan, namun memiliki kepedulian tinggi terhadap masa depan anak-anak di desanya. Ketika Negara sudah merdeka, dia malah menyandera tubuhnya untuk meladeni anak- anak. Kalau dirinya dengan segala keterbatasannya mampu melakukan langkah inspiratif, kenapa kita tidak? Salam Merdeka! (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun