Mohon tunggu...
Bambang Setyawan
Bambang Setyawan Mohon Tunggu... Buruh - Bekerja sebagai buruh serabutan yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Bekerja sebagai buruh serabutan, yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Risma Pasti ke Jakarta

6 Agustus 2016   04:14 Diperbarui: 6 Agustus 2016   10:26 5
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Walikota Surabaya Tri Rismaharini alias Risma yang belakangan digadang- gadang bakal menjadi lawan tangguh bagi Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) di Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada ) DKI Jakarta tahun 2017 mendatang, dipastikan akan datang ke ibu kota.

Kepastian bahwa Risma akan ke Jakarta itu diungkapkannya Jumat (5/8) kemarin , saat berbicara dengan wartawan di Surabaya. Bila statement Walikota Surabaya tersebut tidak dicerna secara jernih, tentunya bakal menimbulkan kegaduhan suhu politik Pilkada DKI Jakarta. Tetapi, semisal dicermati, maka kedatangan Risma yang sebenarnya hanya untuk sowan pada Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati.

“ Saya akan sampaikan bahwa saya sudah berkomitem untuk membangun Surabaya hingga lima tahun ke depan. Soal ini sebenarnya sudah saya sampaikan usai saya terpilih  lagi beberapa waktu lalu, tapi nanti saya sampaikan lagi,” ungkap Risma.

Seperti diketahui, selama beberapa hari terakhir, nama Risma mencuat di belantara politik ibu kota. Berbagai pihak mendorong Risma untuk meninggalkan Kota Surabaya dan mau bertarung melawan Ahok. Bahkan, saking bernafsunya agar Risma bertanding ke Jakarta, sehingga pidato sambutan Risma di Kampung KB RW XII Sidotopo Jaya, Semampir, Surabaya, Kamis tanggal 4 Agustus lalu, terpaksa diedit.

Risma yang biasa setiap bertemu warga selalu meminta maaf, pidatonya mengalami pengeditan dan tersebar di berbagai media . Seolah- olah, Risma berpamitan terhadap warga Surabaya karena akan meningkatkan karier politiknya di Jakarta. Berita “seolah- olah” itu pun, langsung menyebar, termasuk di Kompasiana. Entah sengaja menelan mentah- mentah  kabar itu, atau memang daya cernanya terbatas, maka, bahan pelintiran segera ikut diolah.

Padahal, bila membaca secara detail pidato Risma, sepertinya tidak ada kalimat sedikit pun yang menyebutkan dirinya akan meninggalkan Surabaya. Berikut, isi pidato lengkap kader PDI Perjuangan tersebut “ Kita sama- sama membangun masa depan bangsa ini dimulai dengan anak- anak kita yang bayi dan balita dan para remaja kita. Saya kira begitu, terima kasih, mohon maaf kalau ada tutur kata saya atau perbuatan saya yang kurang berkenan. Ini habis- habisan, hari terakhir- terakhir, sudah habis juga, saya mohon maaf, saya atas nama pribadi atau keluarga, mungkin staf aparat pemerintah kota mulai staf pemerintahan kelurahan, lurah, camat, staf kecamatan, kepala dinas, kalau ada kesalahan, baik disengaja mau pun tidak, saya mohon dimaafkan. Terima kasih. Wassalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh”

Dari apa yang diungkapkan ini, kalau dicerna secara jernih, sepertinya tak ada indikasi isyarat bahwa Risma akan meninggalkan Surabaya. Kendati begitu, karena sudah melalui proses edit, tak pelak isi pidato pun mengalami perubahan. Jangankan hanya pidato, foto saja bila melalui proses edit  juga berubah total. Meski begitu, namanya politik ya sah adanya.

Lantas bagaimana dengan sikap Risma sendiri, ia mengaku bahwa jabatan merupakan amanah. Saat ini, dirinya menerima amanah dari warga Surabaya sebagai Walikota, untuk itu, jabatannya akan dituntaskan hingga tahun 2020 mendatang.  “ Saya yakin ibu Megawati sangat rasional dalam menentukan calon kepala daerah. Dalam waktu dekat saya akan sowan ibu ke Jakarta untuk menjelaskan hal ini,” jelasnya.

Posisi Risma belakangan memang sangat dilematis, satu sisi ingin menuntaskan amanah warga Surabaya, di sisi lain dirinya merupakan petugas partai yang harus selalu siap menjalankan perintah partainya.  Kendati ia berulangkali menyatakan bakal menolak dijadikan lawan bagi Ahok, namun, yang namanya politik serba sulit untuk ditebak. Semua tergantung Risma, berat rakyat yang sudah memilihnya atau lebih berpihak pada partai yang mengusungnya. Itulah resiko berpolitik.

PDI Perjuangan sendiri, sejak lama mempunyai prosedur baku dalam menentukan seseorang untuk diusung dalam Pilkada, baik tingkat Bupati, Walikota mau pun Gubernur. Dari mulai penjaringan, fit and propertest hingga terbitnya rekomendasi DPP. Meski keputusan final tetap berada di tangan Megawati selaku Ketua Umum, tetapi mayoritas calon yang diusung selalu melalui tahapan tersebut.

Bagi PDI Perjuangan , Kota Surabaya merupakan basis partai kepala Banteng, sejak jaman orde baru hingga sekarang, secara politis masyarakat di ibu kota Jawa Timur tersebut masih menjadi kekuatan yang tak tergoyahkan dan tetap menjadi lumbung suara partai. Pertanyaannya, apakah Megawati  tega mencederai pendukung fanatiknya yang terlanjur memilih Risma ? Kita lihat perkembangannya. (*)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun