Rutinitas tersebut berjalan bertahun- tahun hingga Jepang mengalami kekalahan dan dipaksa pulang ke negerinya. “ Setelah Jepang pergi, gua- gua itu terbengkalai,” keluh Rusno.
Apa yang disampaikan oleh Rusno, dibenarkan seorang warga Desa Tanjung lainnya. Menurutnya, dari 12 gua yang ada, sekarang hanya tersisa 5 gua karena yang lainnya mengalami runtuh.
Celakanya, gua yang tersisa nasipnya juga mengenaskan. Lokasinya yang sepi, jauh dari pemukiman, membuat pasangan – pasangan muda sering memanfaatkannya untuk berbuat mesum. “ Harusnya, lima gua yang tersisa masuk cagar budaya,” ungkap warga yang mengaku bernama Martono tersebut.
Ketika kaki melangkah memasuki bagian dalam, maka aroma yang spesifik langsung menyergap lobang hidung. Padahal, di seberangnya terdapat Restoran cukup megah yang dibangun pihak swasta. Sungguh sangat disayangkan, lobang besar yang sarat cerita bersejarah itu malah diabaikan. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H