Mohon tunggu...
Bambang Setyawan
Bambang Setyawan Mohon Tunggu... Buruh - Bekerja sebagai buruh serabutan yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Bekerja sebagai buruh serabutan, yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Gugur Gunung, Tradisi di Perkampungan yang Masih Terjaga

21 Juli 2016   14:24 Diperbarui: 21 Juli 2016   17:35 1595
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Warga tengah menggelar gugur gunung (foto; dok pri)

Perbaikan pipa pralon yang dikoordinir KGGSP (foto: dok pri)
Perbaikan pipa pralon yang dikoordinir KGGSP (foto: dok pri)
Tak pelak lagi, KGGSP cukup kalang kabut. Kendati begitu, kebocoran harus segera dibenahi. Untunglah, cukup banyak donator yang bersedia membantu ketersediaan pipa pralon. Hingga hari H, bersama ratusan warga Dusun Cuntel, digelar gugur gunung untuk memperbaiki jaringan pipa. “Tanggal 30 Juli mendatang, kami akan melakukan aksi gugur gunung serupa di Sugih Waras, Ampel, Boyolali. Kalau berminat silahkan bergabung,” tukasnya.

Itulah sedikit tentang keberadaan gugur gunung yang sangat lekat di masyarakat pedesaan. Meski awalnya di perkotaan juga memiliki tradisi serupa,  belakangan budaya gotong-royong tersebut mulai raib. Esensi dari gugur gunung, mengatasi masalah tanpa masalah. Di mana, warga yang mempunyai empati secara bersama-sama membantu warga lainnya yang membutuhkan bantuan riil. Tak ada birokrasi yang berbelit, prinsipnya sedikit teori tapi banyak aksi. Salam gugur gunung ! (*)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun