Mohon tunggu...
Bambang Setyawan
Bambang Setyawan Mohon Tunggu... Buruh - Bekerja sebagai buruh serabutan yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Bekerja sebagai buruh serabutan, yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menjaga Tradisi Silaturahmi Idhul Fitri

12 Juli 2016   17:05 Diperbarui: 12 Juli 2016   17:08 1098
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada sisi menarik ketika orang yang lebih muda mengunjungi sosok yang lebih tua, selain sungkem, juga terucapnya “mantra” dalam bahasa Jawa saat dua tangan berjabatan. Bunyinya beragam, kendati begitu yang biasa terucap adalah : Kepareng matur dumateng bapak/ibu, kakek/nenek ……..(nama yang dikunjungi), sowan kawulo wonten mriki, sepindah silaturahim, kaping kalih ngaturaken sugeng riyadi, ngaturaken sedoyo lepat nyuwun pangapunten, kaping tigo nyuwun donga pangestu nipun sepados kulo saget dados putro ingkang sholeh, migunani dating agami, nuso, bongso lan nagari, lancar anggeni pun pados rejeki ingkang halal, soho lancer nglampahi gesang ing donya lan akherat.

Mantra tersebut diucapkan tanpa putus,pasalnya setelah selesai terucap, sosok yang lebih tua ganti menjawab. Tentunya, jawaban yang keluar juga merupakan copi paste dari kalimat yang diucapkan pada puluhan orang yang lebih muda. Rata- rata, kalimat yang terucap kurang lebih seperti ini : Iyo nak/ dik……semono ugo awakku, wong tuo yo akeh klira klirune atur. Dino riyadi ini dosamu lan dosaku dilebur mugo- mugo Gusti Allah maringi rejeki, dalan padang lan ngabulke opo sing dadi kegayohanmu.

Itulah “mantra” di hari Raya Idhul Fitri yang sampai sekarang masih terjaga di beberapa kota mau pun Kabupaten di Jawa Tengah. Meski terdapat satu dua kota yang sudah menghilangkan tradisi silaturahmi selepas bulan suci, namun yang tetap merawat serta menjaganya hingga sekarang jumlahnya tidak terhitung. Memang, teknologi boleh- boleh saja mengalami kemajuan pesat. Tetapi, bukan berarti tradisi harus ikut tergerus. Lantas, bagaimana dengan tradisi di daerah anda ? (*)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun