Pagi ini, Selasa (5/7), usai santap sahur, setelah memasuki tahun ke dua di Kompasiana dan bersahabat dengan orang- orang yang luar biasa, akhirnya saya harus pamit meninggalkan blog keroyokan terbesar di Republik ini. Sebab, di akhir bulan suci Ramadhan, saya memiliki kewajiban mengantar anak serta cucu mertua pulang ke kampung halamannya di Purworejo.
Kendati merasa perlu berpamitan, namun, percayalah saya hanya akan meninggalkan Kompasiana selama sepekan. Usai hari Raya Idhul Fitri 1437 Hijriyah saya akan kembali lagi berkutat di hiruk pikuk Kompasiana. Artinya, pamit ini sifatnya bukan permanen alias hanya sementara. Insya Allah, hari Selasa (12/7) pekan depan kembali menyapa para sahabat dan kerabat. Selama seminggu cuti (menulis), implikasinya saya bakal menghabiskan waktu bersama orang- orang tercinta serta mengabaikan Kompasiana.
Tentunya, saya sangat bersyukur, untuk pulang ke kampung halaman yang hanya berjarak sekitar 100 kilometer (Salatiga- Purworejo), cuma membutuhkan sekitar 3 jam perjalanan. Artinya, kami semua tidak membutuhkan perjuangan yang menguras tenaga serta biaya untuk menjalin silaturahmi dan bermaaf- maafan dengan seluruh kerabat. Bagaiamana pun juga, kami harus berterima kasih pada sang pemilik alam semesta ini.
Di Kompasiana, saya telah bergabung selama hampir dua tahun (tepatnya bulan Oktober mendatang). Suasana kekerabatan yang nyaris sama, saya temukan di sini. Pluralisme yang ditempatkan di atas segalanya, belakangan membuat diri saya betah “kost” di dalamnya. Banyak Kompasianer bijak, berjibun Kompasianer cerdas dan tak terhitung jumlahnya Kompasianer yang tulisannya memikat. Namun, tidak sedikit yang gemblung. Beragam karakter inilah yang membuat Kompasiana semakin lebih berwarna.
Sahabat Keren
Meski secara resmi tercatat sebagai Kompasianer sejak akhir Oktober 2014, namun saya baru berani menulis di awal bulan Desember 2014 hingga awal bulan Juli 2016, setidaknya ada 535 artikel mau pun reportase yang sudah saya tayangkan dan versi admin 397 diantaranya diberi label Pilihan. Kalau ibarat anak sekolah, sepertinya tidak bego- bego amat.. Dalam hal ini, saya sangat haqul yaqin bahwa tulisan- tulisan tersebut, ada yang memerahkan wajah pembacanya. Hal yang sangat wajar tentunya.
Selama hampir 1,5 tahun di Kompasiana, ternyata saya menemukan sahabat- sahabat yang keren (dalam arti sebenarnya). Bagi ukuran orang seperti saya yang hanyalah buruh serabutan, tentunya merasa terhormat bisa bersahabat dengan sosok- sosok yang hangat, mengabaikan status sosial dan juga teramat sangat baik di kehidupan nyata. Beberapa di antaranya, tanpa saya minta sempat mengirim barang serta uang. Mohon maaf, dengan alasan soal etika, saya tak menyebut nama mereka satu persatu.
Yang pasti, para sahabat yang terpisahkan oleh jarak ratusan kilometer bahkan ribuan kilometer, Alhamdulillah, menganggap diri saya orang baik juga. Kebersahajaan yang menjadi gaya hidup saya, rupanya terkadang memancing rasa iba (termasuk admin sehingga kerap mengganjar artikel saya dengan headline). Padahal, sebenarnya saya sangat menikmati segala keterbatasan dan kekurangan ini. Untuk itu, saya amat berterima kasih pada mereka. Allah akan mencatat segala kebaikan yang pernah anda berikan. Sebab, Allah selalu terjaga mengamati sepak terjang umatnya.
Menjelang berakhirnya bulan Ramadhan ini, dengan hati yang paling dalam serta penuh ketulusan, saya mohon maaf lahir dan batin bagi semuanya. Dan untuk rekan- rekan muslim, saya mengucapkan Selamat Hari Raya Idhul Fitri 1437 Hijriyah, kiranya kita semua telah memperoleh kemenangan dalam mengalahkan berbagai nafsu duniawi, minimal selama satu bulan ini. Di masa mendatang, harapannya Kompasiana mampu membuat hidup semakin hidup. Salam hangat selalu, kita bertemu pekan depan sahabat. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H