Ratusan relawan dari berbagai komunitas di Kota Salatiga, Senin (27/6) sore beraksi di Tugu Bundaran Tamansari. Dengan dibantu unsur aparat Kepolisian serta TNI AD, mereka membagikan 10.000 takjil gratis dan empat ton beras.
Para relawan yang berasal dari Komunitas Salatiga Peduli, Palang Merah Indonesia (PMI), Komunitas Jeep Salatiga, Komunitas Trail Salatiga, taruna / taruni Akpol, Satpol PP dan beberapa elemen masyarakat sejak pk 15.00 sudah terlihat mempersiapkan segala sesuatunya. Lokasi yang dipilih, yakni depan Rumah Dinas Walikota memang sangat strategis, sehingga, distribusi takjil bakal berlangsung lancar.
Berdasarkan keterangan yang didapat di lokasi, 10.000 takjil berupa minuman, kolak dan makanan ringan tersebut, dikumpulkan oleh para relawan dari donator. Setelah semua terkumpul, ditetapkan Senin sore mulai didistribusikan. Mengusung tema “Bersama Kita Bersaudara”, praktis pembagian ribuan takjil tak menemui kendala.
“ Untuk Komunitas Salatiga Peduli, di sini memang terlihat sedikit personilnya. Karena mayoritas berada di Kabupaten Purworejo untuk membantu korban bencana alam,” jelasnya.
Ada hal yang lucu saat acara pembagian takjil berlangsung, gara- gara banyak polisi lalu lintas yang memenuhi lokasi, para pengendara sepeda motor yang tak membawa perlengkapan langsung balik arah. Mereka beranggapan tengah ada razia kepolisian di pusat kota. “ Dari pada kena tilang, lebih baik putar arah Om,” kata seorang pengendara sepeda motor matic plat Kabupaten Semarang.
Hingga pk 17.00, aksi pembagian 10.000 takjil berikut beras dinyatakan selesai, 15 menit kemudian, hujan turun cukup deras. Rupanya, Allah maha adil, sebelum menurunkan hujan, relawan diberi kesempatan untuk berbagi lebih dulu. Ngatimin (50) warga Bringin, Kabupaten Semarang yang mendapatkan beras sebanyak 5 kilogram, mengaku bersyukur mendapatkan rejeki itu. Pasalnya, beras yang diterima berkualitas bagus. “ Tidak seperti beras raskin yang banyak kutunya,” jelasnya sembari berlalu.
Apa yang dilakukan ratusan relawan lintas profesi dan lintas agama ini, bagaimana pun juga layak diapresiasi. Mereka sudi meluangkan waktunya demi menghormati bulan suci Ramadhan dengan berbagi. Soal apakah hal tersebut merupakan bagian dari investasi akherat atau tidak, mereka mengabaikannya. Yang pasti, mereka telah berperan besar menjaga Kota Salatiga sebagai kota paling toleransi se pulau Jawa. Keren, lanjutkan bung ! (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H