Bila kondisi jalan penghubung antar kecamatan yang rusak parah terjadi di luar Pulau Jawa, mungkin bisa dimaklumi. Tetapi, kalau hal tersebut terjadi di wilayah Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, apakah hal tersebut tidak mengada- ada ? Padahal, tingkat kerusakannya sangat parah dan berlangsung puluhan tahun.
Masyarakat Desa Sambirejo dan Kalikurmo Kecamatan Bringin yang saban hari berangkat bekerja di wilayah Kecamatan Pringapus, Kabupaten Semarang, sejak lama “dipaksa” menikmati akses jalan pintas bebatuan. Bila musim kemarau, mungkin tak begitu mengganggu, namun, giliran diguyur hujan maka jalanan tersebut mirip kubangan kerbau. Meleng sedikit, pengendara motor bakal terjungkal.
“ Dari Desa Kalikurmo ke Candirejo, Kecamatan Pringapus jaraknya hanya berkisar 3- 4 kilometer, tetapi kalau memutar melewati jalan yang mulus, kami harus menempuh jarak hampir 25 kilometer,” tukas Tika, karyawati pabrik yang setiap hari melalui jalan pintas ini.
Keluhan senada disampaikan oleh Baedlowi, pengguna jalan alternatif ini. Menurutnya, desa Candirejo sebenarnya hanya berjarak sekitar 15 kilometer dari ibu kota Kabupaten Semarang, yakni Ungaran. Kendati begitu, kondisinya ibarat bumi dan langit. Di mana, berkisar 3 kilometer keluar desa, jalannya sangat mulus sehingga transportasi darat mampu melaju tanpa tergoncang.
“ Sebaliknya, saat kami keluar menuju ke kecamatan Bringin, harus bersusah payah lebih dulu. Apa lagi di musim hujan, ga terbanting – banting di lumpur sudah sangat beruntung,” katanya tanpa bermaksud melucu.
Terkait erat dengan buruknya nasip jalan penghubung dua kecamatan tersebut, Baedlowi berharap agar pejabat di kabupaten Semarang, naik eksekutif mau pun legislatif, sekali tempo mau bertandang ke desa Candirejo. Akan sangat baik bila berkunjung saat musim hujan, sehingga bisa menikmati berkendara di atas lumpur serta kubangan. “ Biar sekali tempo merasakan jadi warga desa ini,” jelasnya.
Baedlowi merasa heran, sebagai warga kabupaten Semarang, ternyata masih ada desa yang menjadi anak tiri di wilayahnya sendiri. Yang membuatnya semakin terheran- heran, jalan lain yang sudah mulus kembali diaspal. Sementara jalan yang fungsinya amat vital malah diabaikan. “ Pak Bupati, kenapa jalan kami seperti ini ?” keluhnya memelas.
Dengan kondisi sarana publik yang mengenaskan itu, belakangan muncul guyonan di kalangan anak muda yang tinggal di wilayah dua desa berbeda kecamatan. Yakni, semisal mau berpacaran dengan adrenalin tinggi, kiranya di malam hari berkendara roda dua melewati jalan ini. “ Dijamin, ceweknya akan histeris dan berpegangan erat- erat. Pasalnya, selain penuh bebatuan juga gelap gulita,” kata salah satu tukang ojek di Kalikurmo.