Stasiun Tawang Kota Semarang yang hingga sekarang masih berfungsi dengan baik, layak disebut sebagai stasiun kereta api tertua di Indonesia. Bagaimana tidak, pangkalan lokomotif berikut gerbongnya ini dibangun oleh pemerintahan kolonial Belanda di tahun 1868. Lantas, benarkah stasiun tersebut memang yang tertua? Berikut penelusurannya.
Selama lima hari terakhir saya memiliki tugas mulia, yakni menjemput seorang rekan dari Jakarta ke Stasiun Tawang dan empat hari kemudian mengantarnya ke lokasi tersebut. Bila saat menjemput siang hari, giliran mengantar kebetulan dapat kereta api malam hari. Aktifitas wira-wiri inilah yang membuat saya makin tertarik dengan keberadaan stasiun yang telah berumur 148 tahun tersebut.
Penasaran dengan apa yang diungkapkan, akhirnya saya memburu penjelasan lebih detail. Melalui penelusuran, akhirnya menemukan sejarah cikal bakal perkeretaapian di Lawang Sewu, bangunan lagendaris di Kota Semarang. Di salah satu papan, tertulis perjalanan kereta api di Indonesia, lumayan rinci. Ternyata, Stasiun Tawang memang stasiun ketiga. Sedang stasiun pertama, adalah stasiun Jurnatan yang di tahun 1913 dibangun menjadi permanen. Stasiun ini tahun 1974 tidak lagi difungsikan karena seluruh jurusan kereta api dipusatkan di Tawang.
Guna mendukung era baru transportasi darat,setahun kemudian, NIS kembali membangun stasiun lainnya. Lokasinya berada di kawasan Semarang utara, lokasi yang sangat strategis. Tanggal 19 Juli 1868, keberadaan stasiun yang diberi nama Stasiun Semarang Tawang diresmikan, sekaligus dibuka jalur rel ke Tanggung sepanjang 27 kilometer. Baru lima tahun kemudian, jalur rel menuju Surakarta dan Yogyakarta dibuka.
Hingga sekarang, Stasiun Gudang atau Tambaksari memang sudah lenyap. Hanya tersisa bekas- bekasnya akibat terendam rob. Kendati begitu, pada pembangunan stasiun berikutnya, yakni Stasiun Tawang ternyata menimbulkan efek domino sejarah perkereta apian nasional. Sebab, setelah stasiun ini berdiri, belakangan NIS agresif membangun jaringan rel kereta api serta stasiun lainnya.
Seperti biasa, tenaga kaum pribumi yang didera kebodohan dan kemiskinan menjadi ujung tombak pembuatan jalur rel. Tanggal 2 Maret 1872, di Yogyakarta berdiri pangkalan kereta api yang diberi nama Stasiun Lempunyangan. Hingga sekarang, stasiun tersebut masih berfungsi dengan baik kendati telah banyak mengalami renovasi, namun bangunan utamanya tetap dipertahankan.