Anak- anaknya yang sudah hidup mapan, sebenarnya sudah meminta agar Mustamin berhenti dari kegiatan menambal ban. Pasalnya, sang ayah masa dinasnya tinggal setahun sehingga diharapkan mau menikmati masa pensiunnya dengan nyaman. Sayang, permintaan itu diabaikan. Baginya, penghasilan sebagai tukang tambal ban yang sehari mencapai Rp 50.000 sangat disyukurinya.
Hingga menjelang pension, Mustamin dan istrinya masih tinggal di Asrama  Tallo Lama yang berjarak puluhan kilometer dari Polsek tempatnya bertugas. Meski bertugas di lokasi yang lumayan jauh, namun ia mengaku selama 37 tahun jadi polisi belum pernah  melalaikan tugas. Artinya, gaya hidupnya yang bersahaja bukan berarti mengabaikan profesinya selaku abdi Bhayangkara.
Itulah secuil cerita tentang sosok – sosok prajurit Polri yang menginspirasi, di mana dengan kesederhanaannya, mereka mampu hidup lurus dan menepis anggapan semua polisi menghalalkan barang haram. Untuk Bripka Seladi serta Aiptu Mustamin, kiranya layak diapresiasi atas segala kejujurannya. Kiranya, personil polisi muda lainnya berani mengikuti langkah mereka. Sebab, berani jujur itu adalah hebat ! (*)
Diolah dari : polisi.ini.menyambi.jadi.tukang.tambal.ban.selama.20.tahun.
Artikel terkait : menolak-suap-polisi-ini-memilih-jadi-pemulung
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H