Mohon tunggu...
Bambang Setyawan
Bambang Setyawan Mohon Tunggu... Buruh - Bekerja sebagai buruh serabutan yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Bekerja sebagai buruh serabutan, yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Jejak Pendidikan Kolonial Belanda di Salatiga

26 Maret 2016   03:40 Diperbarui: 26 Maret 2016   10:02 1953
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oma Martha yang wafat  dalam usia 86 tahun bertutur, untuk menampung alumni SMP, ia agak lupa. Namun yang diingatnya, sekitar tahun 1948 Biara Magdalena pernah mendirikan sekolah guru bernama Opleidingschool Volksonder Wijzeressen atau dikenal dengan sebutan sekolah guru rakyat. Bertempat di dekat Biara, yakni Jalan Diponegoro.

[caption caption="Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO) Kweek School (Foto: Dokumen Pribadi)"]

[/caption]Sedangkan sekolah lanjutan tingkat atas, sebelum tahun 1945 ada semacam sekolah guru di Jalan Kartini, hingga sesudah kemerdekaan disebut Sekolah Guru Laki- Laki (SGL). Sempat digusur di tahun 1948 karena kompleks sekolahan digunakan tentara Belanda sebagai markas, berikutnya tahun 1951 fungsinya dikembalikan menjadi Sekolah Guru B (SGB) dan kemudian berganti nama jadi Sekolah Pendidikan Guru. Yang terakhir, tahun 1991 dijadikan SMA Negeri 3.

Dari apa yang pernah disampaikan Oma Martha yang tingkat kebenarannya mungkin tidak mencapai 100 persen (perkiraan saya sekitar 90 persen), saya mengambil kesimpulan bahwa pemerintahan kolonial Belanda pada jaman itu sangat memperhatikan aspek pendidikan, bagi (khususnya) warganya. Mungkin Belanda berpikir bakal bercokol selamanya di bumi Nusantara, sehingga bangunan-bangunan yang dibuatnya mayoritas sangat kokoh.

Penasaran dengan apa yang diceritakan Oma Martha, Jumat (25/3) sore, saya mencoba napak tilas ke sekolah- sekolah yang disebutnya. Mulai dari Europese Lagere School, Holland-Chinese Schools, Rooms Katholiek Weeshuis, Uitgebreid Lager Onderwijs Kweek School hingga Opleidingschool Volksonder Wijzeressen. Gedung- gedung dengan arsitektur khas Belanda, yakni tembok tebal, pintu setinggi 3 meter serta daun jendela lebar, terlihat gagah berdiri. Saya sangat yakin, pada saat dibangun, tak ada yang berani korupsi sehingga kendati usianya telah menembus hampir 1 abad, tetap kokoh tidak lapuk dimakan jaman. (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun