Mohon tunggu...
Bambang Setyawan
Bambang Setyawan Mohon Tunggu... Buruh - Bekerja sebagai buruh serabutan yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Bekerja sebagai buruh serabutan, yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Melibas Hipertensi dengan Kopi Biji Salak

18 Maret 2016   17:12 Diperbarui: 7 Agustus 2018   14:06 975
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Biji salak yang barusan digoreng sangan (foto: dok pribadi)

Di tangan Laili Musyarofah warga Jalan Srikandi, Grogol, Sidomukti, Kota Salatiga, biji buah salak yang biasanya hanya dibuang, ternyata mampu diolah menjadi kopi. Hebatnya, seduhan kopi buatannya ternyata bermanfaat untuk melibas hypertensi.

“Selain untuk hypertensi, kopi biji salak juga bermanfaat untuk diet, menyembuhkan diare dan masalah yang terkait dengan mata,” kata Laili, Jumat (18/3) sore ketika ditemui di Warung Kebon Salak (WKS) miliknya.

Penasaran dengan gaya pemasaran Laili, saya pun memesan segelas kopi biji salak yang biasa disebut KBS tersebut. Sepintas, seduhan kopi yang disuguhkan tak beda dengan minuman kopi pada umumnya, yang membedakan ampasnya relatif lebih sedikit. Saat diseruput, di lidah terasa ada sedikit sepet. Disajikan tanpa gula, tidak pahit namun kurang nikmat. Jadi saya tambahkan sedikit gula.

Bagi penikmat kopi, mungkin seduhan KBS akan terasa aneh, maklum kandungan kafeinnya nol. Meski begitu, untuk orang yang tak biasa menyeruput kopi, maka KBS dirasa sangat pas. Sebab, tidak menyebabkan pusing di kepala. Dengan sajian gula yang sedikit, dinikmati di tengah gerimis, wow! Nikmat…

Bagi konsumen yang menikmati KBS di warungnya, Laili mematok harga sebesar Rp 5 ribu segelas. Semisal ingin menyeduh sendiri di rumah, disediakan kemasan (sachet) isi 30 gram yang bisa dibuat untuk 6 gelas. Harganya murah meriah, Rp 10 ribu perbungkus. “ Untuk yang kemasan 30 gram, saya banyak melayani pesanan dari luar kota dengan ongkos kirim ditanggung pemesan,” ungkapnya.

Kopi biji salak dalam kemasan sachet buatan Laili (foto: dok pribadi)
Kopi biji salak dalam kemasan sachet buatan Laili (foto: dok pribadi)
Salah satu pelanggan KBS adalah Drs Saemuri yang merupakan komisioner KPU Kota Salatiga, kebetulan saat saya bertandang ke WKS, ia juga tengah menikmati segelas kopi. Menurutnya, ia sebelumnya merupakan pecandu kopi, namun setelah mencoba kopi buatan Laili, dirinya langsung ketagihan. “ Yang saya rasakan, setelah rutin minum KBS, kepala saya yang kerap pusing jadi sembuh,” jelasnya ketika saya ajak berbincang.

Pengalaman lain, kata Saemuri, pernah dirinya mengalami diare, dalam satu jam harus wira wiri ke toilet. Karena ingat dengan keberadaan WKS, ia pun segera menyuruh pembantunya untuk membeli yang kemasan. Usai menenggak segelas, secara perlahan rasa mulas di perutnya berkurang. Satu jam kemudian, “kebocoran” terhenti.

Kebon salak milik Laili yang berada di rumahnya (foto: dok pribadi)
Kebon salak milik Laili yang berada di rumahnya (foto: dok pribadi)
Berulangkali Uji Coba                

Inovasi yang dilakukan Laili ini, dimulai tahun 2014 akhir lalu. Di mana, areal rumahnya seluas 800 meter persegi sejak lama ditanami sekitar 5.000 pohon salak. Setiap kali masa panen, pembeli banyak yang memakannya di lokasi. Akibatnya, baik kulit mau pun bijinya hanya dibuang begitu saja. Terkait hal tersebut, ia mulai berfikir bagaimana cara memanfaatkan biji salak agar bermanfaat.

Mulailah Laili mempelajari berbagai literatur tentang manfaat biji salak, berikut pengolahannya. Ternyata, berdasarkan literatur  yang dibacanya, biji salak mengandung zat polifenol, yakni kelompok zat kimia pada tumbuhan. Polifenol berfungsi sebagai anti oksidan yang mampu mengurangi resiko gangguan jantung, hypertensi dan kanker. Mendapati hal itu, Laili semakin bernafsu mengolah biji salak.

Laili beberapa kali melakukan uji coba untuk mengolah biji salak agar mampu menghasilkan seduhan kopi yang pas di mulut. Hingga akhirnya, di bulan Januari 2015 lalu, ia berhasil menemukan racikan kopi yang selanjutnya diberi nama KBS. Sejak diluncurkan pertama kali, ternyata respon konsumen cukup positif. Terbukti tiap sore hari, banyak pelanggan yang berdatangan di warungnya yang berukuran 4 X 8 meter ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun