Bila hanya melihat gambar “sepeda motor” lawas yang berjajar ini, maka orang akan menyangka bahwa motor- motor jadul tersebut milik para penggemar barang kuno yang tengah diparkir di garasi. Namun, bila dicermati, sebenarnya beragam kendaraan roda dua itu hanyalah miniatur yang dibuat oleh Agit Sasongko warga Jalan Tlogo Tirto, Pancuran, Kutowinangun, Tingkir, Kota Salatiga.
Agit pria berusia 45 tahun tersebut sangat sadar benar, ia hidup di Kota Salatiga yang kecil dan memiliki keterbatasan lapangan pekerjaan. Untuk itu, bila tak cerdas mensiasatinya, maka bakal repot sendiri. Sejak lama dirinya enggan mencari kerja, dia lebih suka menciptakan lapangan pekerjaan dibanding harus keluar masuk perusahaan sekedar mengantarkan berkas lamaran. Meski hanya menjadi pengrajin alat mancing, tetapi statusnya bukan pengangguran.
“ Waktu itu timbul gagasan, rasanya dengan bahan limbah yang sama, saya bisa membuat miniatur sepeda motor,” kata Agit saat saya temui, Selasa (23/2) sore.
Karena produksi miniatur motor lawasnya direspon positif oleh pasar, Agit pun mantap menekuni bisnis tanpa pesaing ini. Melalui sistem penjualan online, dalam satu bulan ia mampu membuat 20 an miniatur.Agar konsumennya terpuaskan, dirinya juga menerima pesanan berbagai type sepeda motor. Kendati begitu, mayoritas pembeli lebih suka memilih sepeda motor lawas untuk dijadikan pajangan di rumahnya.
Dengan dibantu oleh salah satu tetangganya, produksi miniatur Agit praktis beredar dipasaran tanpa kendala yang berarti. Maklum, bisa dikata minim pesaing. Untuk membuat satu unit miniatur, ia membutuhkan waktu sekitar 3 hari. Namun, bila pesanan konsumen rumit, biasanya pengerjaan miniatur molor hingga lima hari. “Yang sulit membuat detail mesin dan asesoris. Karena bentuknya kecil, meleng sedikit ya harus mengulanginya,” jelas Agit.
Dalam membuat miniatur, ketelatenan Agit memang layak diacungi jempol. Salah satunya saat saya bertandang ke rumahnya,ia tengah merakit Yamaha RX King. Mulai dari ruji, shock beker, cakram hingga mesin dibuat sangat mirip aslinya. Begitu pun dengan roda motornya, ban yang dibuat dari spon, terlihat ada guratan selayaknya ban motor beneran. “Sengaja saya buat semirip mungkin demi kepuasan konsumen,” ujarnya.
Menurut Agit, konsumen yang memesan miniatur buatannya berasal dari berbagai kota di Indonesia. Biasanya, calon pembeli memberikan foto detail sepeda motor , setelah dihitung dan ada kesepakatan harga baru Agit menggarapnya. Melalui jaringan pemasaran online, belakangan order juga datang dari berbagai negara seperti Thailand, Philipine serta Malaysia. Untuk pesanan jenis ini, biasanya ongkos kirimnya ditanggung pembeli. Anda berminat?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H