Mohon tunggu...
Bambang Setyawan
Bambang Setyawan Mohon Tunggu... Buruh - Bekerja sebagai buruh serabutan yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Bekerja sebagai buruh serabutan, yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

“Menanam” Cluster di Sawah

18 Februari 2016   17:34 Diperbarui: 19 Februari 2016   02:10 1382
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Ini perumahan yang disegel karena belum lengkap perijinannya (foto: bamset)"]

[/caption]Memang, godaan segepok duit yang dipamerkan pengembang kerap memikat anak- anak pemilik lahan persawahan. Terlebih lagi, usia renta petani tak memungkinkan untuk menggarap sawahnya lagi. Ditambah, generasi penerusnya pupus akibat faktor gengsi membajak sawah. Akibatnya, jalan pintas ditempuh. Dijual ke pengembang dan disulap menjadi pemukiman. Tidak peduli persawahan tersebut masuk kawasan hijau, yang penting uang milyaran berpindah tangan.

Sangat susah membayangkan apa yang akan terjadi 20 tahun nanti, mungkinkah hijaunya persawahan masih tersisa ? Sulit menjawabnya. Sebab, populasi warga Salatiga tiap tahun selalu melonjak, sementara lahan pemukiman terus menyempit. Tanpa ketegasan pemerintah kota, bisa dipastikan sawah- sawah yang saat ini menjadi penopang kebutuhan beras akan lenyap.

[caption caption="Pemandangan ini mungkin 20 tahun lagi bakal lenyap (foto: bamset)"]

[/caption]Apa lagi gaya hidup konsumtif generasi muda anak- anak petani yang sepertinya lebih suka bekerja di bidang lain, mau tak mau berimplikasi pada raibnya persawahan milik orang tua mereka. Padahal, semisal mereka mau sedikit bersusah payah mempertahankan profesi sebagai petani, mereka tidak akan hidup sengsara. Sayangnya, etos membajak persawahan  itu perlahan mulai luntur digilas jaman.

Begitu pun para aktifis lingkungan yang ada di Kota Salatiga, kendati mereka gencar menggelar penghijauan dan tak mengenal lelah berkampanye mengenai kelestarian lingkungan, tetapi, sepertinya mereka abai terhadap perubahan persawahan menjadi pemukiman. Padahal, sepak terjang  aktifis lingkungan cukup diperhitungkan oleh pemangku kebijakan. Entah mengapa, mereka hingga sekarang kurang memberikan atensi masalah ini. (*)

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun