Mohon tunggu...
Bambang Setyawan
Bambang Setyawan Mohon Tunggu... Buruh - Bekerja sebagai buruh serabutan yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Bekerja sebagai buruh serabutan, yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Salatiga Jadi Tempat Pembuangan Orang Gila?

15 Februari 2016   17:41 Diperbarui: 16 Februari 2016   12:59 4036
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di kompleks pertokoan Pendowo, saya kembali menemukan seorang perempuan berumur 30-an tahun. Sayangnya, ia over reaktif. Saat didekati, tangannya mengacungkan batu cukup besar siap untuk dilemparkan. Melihat adanya potensi ancaman, akhirnya saya mengurungkan niat untuk mengambil gambarnya. Saya enggan kebanyakan nombok, gara-gara artikel, kamera saya pecah kena batu kan ruginya terlalu banyak.

Hingga saya sampai di batas Kota Salatiga, tepatnya di Jalan Raya menuju Kopeng, saya bertemu dengan Budi Haryanto (40) warga Sumogawe, Getasan, Kabupaten Semarang. Budi yang akan menjemput istrinya di pabrik rokok, mengaku pernah melihat sekelompok orang gila diturunkan dari mobil jenis pick up di gapura batas kota. “Waktu itu sekitar pukul 01.00, saya pikir mobil mogok, ternyata malah menurunkan orang-orang gila,” jelasnya.

Perbatasan Kota Salatiga dengan Kabupaten Semarang yang berada di Salib Putih, Argomulyo, memang ideal untuk menurunkan orang-orang gemblung dari daerah lain. Pasalnya, lokasinya agak gelap, sehingga usai diturunkan, orang-orang gila tersebut pasti berjalan ke arah Salatiga yang terlihat terang-benderang. Setelah sampai perkampungan, mereka bakal menyebar. Entah sampai kapan mereka bertahan, biasanya keberadaan orang bernasib malang itu lenyap seiring pihak Sat Pol PP setempat menggelar operasi PGOT.

Sedangkan perbatasan lain yang rawan dijadikan lokasi pembuangan adalah jalur Salatiga – Suruh dan Salatiga – Bringin. Meski merupakan jalan raya, namun mendekati dini hari, situasinya sangat sepi. Bila penurunan orang-orang gila hanya memerlukan waktu kurang dari tiga menit, Salatiga merupakan daerah ideal dijadikan tempat tujuan akhir petualangan orang gemblung tersebut. Entah sampai kapan hal ini berlangsung. (*) 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun