[caption caption="Mural dengan tema nasionalisme di Kalioso (foto: bamset)"][/caption]
Keberadaan mural, seni melukis di permukaan tembok di Kota Salatiga, semakin hari bukannya berkurang. Nyaris saban hari, beberapa lukisan dengan berbagai tema terus bermunculan. Mulai politik, lingkungan, pendidikan hingga yang gado- gado menghiasi tembok kosong di sudut- sudut kota. Berikut penelusuran saya (Minggu (7/2) sore tadi.
Mural yang sejak dulu mendominasi kota- kota besar, hampir 6 tahun belakangan ini mulai merangsek kota kecil Salatiga. Kelompok- kelompok seniman jalanan yang terdiri anak- nak muda ,aktif mewarnai tembok- tombok milik warga yang sebelum terlihat angkuh, kusam dan tak terawat. Mereka melukis suka- suka alias gado- gado, tergantung selera. Bahkan, kadang sulit menerjemahkan arti lukisannya.
Salah satu kelompok anak muda yang menamakan dirinya Salatiga Street Art yang secara perlahan mengubah dinding-dinding tembok itu menjadi mural. Memiliki personil sebanyak 15 orang, mereka mengekspresikan gejolaknya melalui ilustrasi dan grafis di berbagai sudut kota. Dengan biaya patungan untuk membeli cat, mereka saban sore terlihat mulai menggambar tembok-tembok kosong.
[caption caption="Mural gado- gado di Selasar Kartini (foto: bamset)"]
Salatiga Street Art sebenarnya terbentuk secara tak sengaja. Awalnya, anak-anak muda itu biasa nongkrong di salah satu warung bubur kacang ijo. Dari sekedar obrolan ngalor-ngidul, akhirnya disepakati untuk membuat kelompok yang fokus pada seni mural. Terkait hal tersebut, mereka mulai menyigi kota mencari dinding yang bakal digarap.
[caption caption="Mural gado- gado di Jalan Monginsidi (foto: bamset)"]
Setelah Salatiga Street Art, belakangan bermunculan kelompok lain yang memiliki aktifitas yang sama. Dengan agresif, mereka enggan membiarkan tembok pagar mau pun rumah tak terkena goresan tangan mereka. Dampaknya, kendati hasil lukisannya lumayan cantik, namun ada juga kelompok yang tengah belajar menghasilkan mural yang tidak jelas bentuknya.
Parpol Ikut Tertarik
Karena mungkin dianggap efektif untuk menyampaikan pesan kepada masyarakat, belakangan partai politik (Parpol) mulai melirik mural sebagai media kampanye. Sepekan terakhir, tembok rumah di Jalan Kosambi, dijadikan kanvas raksasa oleh pengurus Parpol. Meski Pilkada masih tahun depan, namun, Parpol besutan Megawati sudah siap- siap sosialisasi. Hingga sore tadi, lukisan besar tersebut belum selesai pengerjaannya.
[caption caption="Mural politik yang belum selesai dikerjakan (foto: bamset)"]
Demikian juga dengan warga Kalioso, Kutowinangun, Tingkir, Kota Salatiga,untuk menumbuhkan semangat nasionalisme di kalangan warganya, pagar tembok juga dilukis tema perjuangan. Menilik hasil mural yang dibuat, terlihat niatnya benar- benar serius. Hal tersebut dilihat dari cat yang digunakan hingga finishing penggarapannya yang benar- benar ciamik.
Untuk pendidikan, pihak SMP Negeri 3 Kota Salatiga sudah terlebih dulu menghiasi tembok sekolahannya dengan mural. Temanya tak jauh dari dunia pendidikan. Menurut seorang siswa, mural yang ada hampir setiap tahun diperbarui agar masyarakat mau pun siswa yang melihat tidak merasa bosan. “ Yang ini lukisan tahun lalu pak, mungkin ini ini akan segera diganti,” ungkapnya.
[caption caption="Mural di tembok pagar SMP Negeri 03 (foto: bamset)"]
Para mahasiswa Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) yang merupakan PTS terbesar di Jawa Tengah, sepertinya juga enggan ketinggalan. Untuk mempromosikan even di kampusnya tanggal 17-19 Febuari mendatang, mereka membuat mural di Jalan Osamaliki dan Monginsidi. Sengaja dipilih jalur tersebut karena merupakan jalan yang sarat pejalan kaki , didekat lampu traffic light serta sepeda motor.
[caption caption="Mural even yang dibuat mahasiswa UKSW (foto; bamset)"]
Sementara di Selasar Kartini yang menjadi pusat refreshing warga, di bagian dalam juga penuh dengan mural, termasuk di pintu gerbang SD Negeri 05. Bila melihat hasil lukisannya, sepertinya kelompok yang menggambar merupakan kelompok yang sama pembuat mural di Jalan Monginsidi yang panjangnya hampir 200 meter.
[caption caption="Mural gado- gado di depan SD Negeri 05 (foto: bamset)"]
Begitu pula mural di Jalan Yos Sudarso, dari coraknya juga sama dengan pelukis mural di selasar Kartini mau pun Jalan Monginsidi. Yang paling mengenaskan keberadaan mural yang dibuat aktifis lingkungan di Jalan Kalimangkak, tepatnya Tempat Pembuangan Sampah Sementara, mural lingkungan hidup tersebut tak pernah diperbarui hingga terkesan kusam.
[caption caption="Mural gado- gadi di Jalan Yos Sudarso (foto: bamset)"]
Bagitulah hasil penelusuran saya tentang keberadaan mural- mural di Kota Salatiga yang saban hari selalu bertambah. Sebagai salah satu warga Kota Salatiga, saya mengapresiasi kegiatan yang dilakukan anak-anak muda tersebut. Sebab, sepanjang saya ketahui, saat mengerjakan lukisan, sama sekali tak saya temukan hal-hal yang bersifat negatif seperti adanya minuman keras maupun provokasi-provokasi terhadap orang yang melintas. Lantas, bagaimana dengan kota anda ? (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H