Mohon tunggu...
Bambang Setyawan
Bambang Setyawan Mohon Tunggu... Buruh - Bekerja sebagai buruh serabutan yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Bekerja sebagai buruh serabutan, yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Menelusuri Mural Gado- gado di Salatiga

7 Februari 2016   20:16 Diperbarui: 9 Februari 2016   17:50 1026
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Mural dengan tema nasionalisme di Kalioso (foto: bamset)"][/caption]

Keberadaan mural, seni melukis di permukaan tembok di Kota Salatiga, semakin hari bukannya berkurang. Nyaris saban hari, beberapa lukisan dengan berbagai tema terus bermunculan. Mulai politik, lingkungan, pendidikan hingga yang gado- gado menghiasi tembok kosong  di sudut- sudut kota. Berikut penelusuran saya (Minggu (7/2) sore tadi.

Mural yang sejak dulu mendominasi kota- kota besar, hampir 6 tahun belakangan ini mulai merangsek kota kecil Salatiga. Kelompok- kelompok seniman jalanan  yang terdiri anak- nak muda ,aktif mewarnai tembok- tombok milik warga yang sebelum terlihat angkuh, kusam dan tak terawat. Mereka melukis suka- suka alias gado- gado, tergantung selera. Bahkan, kadang sulit menerjemahkan arti lukisannya.

Salah satu kelompok   anak muda yang menamakan dirinya Salatiga Street Art yang secara perlahan mengubah dinding-dinding tembok itu menjadi mural. Memiliki personil sebanyak 15 orang, mereka mengekspresikan gejolaknya melalui ilustrasi dan grafis di berbagai sudut kota. Dengan biaya patungan untuk membeli cat, mereka saban sore terlihat mulai menggambar tembok-tembok kosong.

[caption caption="Mural gado- gado di Selasar Kartini (foto: bamset)"]

[/caption]

Salatiga Street Art sebenarnya terbentuk secara tak sengaja. Awalnya, anak-anak muda itu biasa nongkrong di salah satu warung bubur kacang ijo. Dari sekedar obrolan ngalor-ngidul, akhirnya disepakati untuk membuat kelompok yang fokus pada seni mural. Terkait hal tersebut, mereka mulai menyigi kota mencari dinding yang bakal digarap.

[caption caption="Mural gado- gado di Jalan Monginsidi (foto: bamset)"]

[/caption]

Setelah Salatiga Street Art, belakangan bermunculan kelompok lain yang  memiliki aktifitas yang sama. Dengan agresif, mereka enggan membiarkan tembok pagar mau pun rumah tak terkena goresan tangan mereka. Dampaknya, kendati hasil lukisannya lumayan cantik, namun ada juga kelompok yang tengah belajar menghasilkan mural yang tidak jelas bentuknya.

Parpol Ikut Tertarik

Karena mungkin dianggap efektif untuk menyampaikan pesan kepada masyarakat, belakangan partai politik (Parpol) mulai melirik mural sebagai media kampanye. Sepekan terakhir, tembok rumah di Jalan Kosambi, dijadikan kanvas raksasa oleh pengurus Parpol. Meski Pilkada masih tahun depan, namun, Parpol besutan Megawati sudah siap- siap sosialisasi. Hingga sore tadi, lukisan besar tersebut belum selesai pengerjaannya.

[caption caption="Mural politik yang belum selesai dikerjakan (foto: bamset)"]

[/caption]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun