Dari kejadian yang menimpa Yusuf, belakangan korban- korban lain juga mengalami nasip serupa. Selain peringatan, terdapat beberapa korban yang rumahnya sudah dilelang bank. Slamet Surur warga Jombor, Tuntang, kabupaten Semarang mendapat tagihan sebesar Rp 310 juta, begitu pun dengan Heriyati warga Cabean, Mangunsari, Sidomukti, Kota Salatiga. Empat sertipikat tanahnya ternyata tergadai di Bank Syariah Mandiri Salatiga dan BRI Cabang Ungaran. Bahkan, salah satunya sudah dilelang.
Nasip yang sama juga dialami Bejo Santoso, buruh serabutan warga Gedangan, Tuntang, Kabupaten Semarang tersebut, terancam kehilangan dua bidang tanah miliknya. Untuk lahan seluas 600 M2 tergadai di Bank Mega Syariah, Karang Gede, Kabupaten Boyolali, sedang bidang satunya seluas 2000 M2 mengeram di KSP Utama Karya Bawen, Kabupaten Semarang. Ia pun sangat menyesali kebodohannya yang percaya begitu saja terhadap mulut manis Vadhian.
Total kerugian yang dialami korban, diperkirakan mencapai Rp 30 milyar. Sedangkan MO Vadhian dalam mengadali para korban, diduga melalui akal bulusnya yang merayu korban agar bersedia diajak membuat surat perjanjian di notaris. Berkat kelicikannya, korban tanpa sadar membubuhkan tanda tangan transaksi jual beli. Hal itu dibuktikan dengan adanya perubahan nama pemilik sertipikat yang diagunkan di bank.
Karena jumlah korban semakin membengkak, ditambah Vadhian sudah lenyap tak jelas rimbanya, akhirnya beberapa waktu lalu para korban membuat pengaduan ke Polres Salatiga. Sayang, pengaduan yang akan dibuat tertunda, pasalnya pihak petugas menilai kejadian tipu- tipu ini sarat unsur perdatanya. Sehingga, pihak kepolisian tidak mungkin melakukan proses hukum.
Itulah penelusuran saya tentang aksi penipuan yang dilakukan Vadhian, pengusaha muda yang banyak memikatsekaligus menyengsarakan korbannya. Kasus yang terjadi ini, bukanlah yang pertama di Salatiga. Kendati begitu, nyaris tiap tahun selalu ada saja yang menjadi korban. Hari gini masih berharap duit tanpa berkeringat, sepertinya sangat mustahil. Esensi dari perkara tersebut, kita harus selalu waspada terhadap siapa pun yang berbicara investasi. Jangan mudah menilai seseorang hanya melalui chasingnya. Satu hal yang cukup penting, mendingan makan ketela tapi nyata dibanding makan roti namun cuma lewat mimpi. (*)
Â