Mohon tunggu...
Bambang Setyawan
Bambang Setyawan Mohon Tunggu... Buruh - Bekerja sebagai buruh serabutan yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Bekerja sebagai buruh serabutan, yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Kenali Daging Sapi Gelonggongan

28 Januari 2016   17:18 Diperbarui: 28 Januari 2016   19:36 987
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Yang membuat miris, di ruangan pemotongan berukuran 5 X 8 meter tersebut, sapi yang masih berdiri, lehernya diikat menggunakan tali, begitu pun lobang hidungnya, ikut terikat. Sementara mulutnya dijejali selang air yang menyambung ke keran. Air terus mengocor memaksa masuk melalui tenggorokan hingga perut ternak itu membesar. Entah berapa liter air yang dipaksa masuk, sebab tidak ada satu pun orang yang mengawasi.

Kendati begitu, ketika saya melihat sapi yang tergeletak, saya meyakini bahwa air akan terus dibiarkan mengalir memasuki tenggorokan selama kaki sapi masih kuat menopang berat tubuhnya. Setelah tumbang, aliran air baru dihentikan. Penyiksaan tak lantas berhenti, sapi bukannya segera disembelih, namun dibiarkan terlebih dulu agar air meresap dalam tubuhnya. Padahal, ternak itu telah sekarat.

Dari temuan ini, saya mencoba kalkulasi. Semisal berat sapi yang akan dipotong mencapai 100 kg, maka seusai digelonggong beratnya bisa terdongkrak hingga 130 kg. Bila harga normal dari pemasok ke pedagang mencapai Rp 90 ribu/kg, tanpa digelonggong pemasok hanya mengantongi duit Rp 9 juta. Namun, setelah digelonggong, keuntungan yang dikeruk bertambah 30 kg hingga totalnya seekor sapi mampu jadi uang Rp 12,7  juta. Keuntungan yang menggiurkan! Karena harga belinya cuma berkisar Rp 7 juta/ekor.

Begitulah hasil penelusuran saya tentang daging sapi gelonggongan, selain jenis gelonggongan, saya juga menerima informasi mengenai daging sapi leipan (bangkai). Artinya, daging yang diperjualbelikan berasal dari ternak yang sebelum dipotong telah mati terlebih dulu. Entah mati karena penyakit, atau sebab lain, yang jelas, ketika dibawa ke pemotongan hewan, sapi tersebut sudah kehilangan nyawanya. Sayangnya, untuk pembuktian sangat susah. Sebab, penyembelihan dilakukan secara sembunyi dan dilakukan tengah malam. Jadi, bagi yang doyan daging sapi, sebaiknya Anda selalu waspada. (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun