Mohon tunggu...
Bambang Setyawan
Bambang Setyawan Mohon Tunggu... Buruh - Bekerja sebagai buruh serabutan yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Bekerja sebagai buruh serabutan, yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Dampak Tol Bawen- Salatiga, Warga Kehilangan Tetangga Dekatnya

22 Januari 2016   17:57 Diperbarui: 22 Januari 2016   18:37 516
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Jalan tol yang melewati Salatiga (foto: bamset)"][/caption]Pembanguan jalan tol Semarang- Solo yang sekarang telah memasuki ruas Bawen- Salatiga, direncanakan tahun 2016 ini bakal tuntas dan mampu dioperasionalkan. Di balik suksesnya pembuatan jalan bebas hambatan sepanjang 17,5 kilometer tersebut, ternyata ada dampak sosial yang timbul di masyarakat.

“Dulu kami bertetangga baik dengan keluarga pak Sapuan, dengan adanya tol yang lebarnya hampir 50 meter membuat kami jadi jauh. Nantinya untuk bertemu saja harus memutar sejauh 2 kilometer,” kata Slamet (50) warga Kauman Kidul, Sidorejo, Kota Salatiga.

Menurut Slamet, kendati ia tak lagi bisa bertegur sapa dengan tetangga baiknya, namun, dirinya menyadari bahwa hal tersebut merupakan resiko dari pembangunan. Sebab, di sisi lain, tetangganya yang lain, ternyata ikut menikmati berkah akibat lahannya terkena penggusuran. Ganti rugi yang diterimanya mampu untuk membuka usaha serta bisa membeli lahan pengganti yang lebih luas.

Diakui oleh Slamet, meski lahannya tak terkena gusuran dan pihaknya tidak menerima kompensasi apa pun, tetapi tetap menyambut baik adanya tol yang melewati kampungnya. “ Setiap pembangunan pasti ada dampaknya. Mungkin kami terkena dampak terpisahkan dengan tetangga, namun nantinya perjalanan Salatiga menuju Semarang tak butuh waktu lama,” tukasnya.

[caption caption="Perataan lahan di Desa Ujung- Ujung (foto: bamset)"]

[/caption]

Dalam pengamatan saya di lapangan, pembangunan tol Bawen- Salatiga yang ditarget tahun ini harus selesai, sepertinya sengaja dikerjakan secara marathon. Baik siang mau pun malam, pekerja yang menanganinya terus lembur. Menurut salah satu pekerja alat berat yang tengah meratakan lahan di Desa Ujung- Ujung, Pabelan, Kabupaten Semarang, untuk menyelesaikan pekerjaan kontraktor menugaskan pekerja dua shift.

Pembangunan jalan tol Bawen- Salatiga yang panjangnya hanya 17,5 kilometer, terpaksa dikerjakan lembur karena cukup banyak jembatan yang harus dibuat. Bila pihak kontraktor tak menggarapnya siang malam, bisa dipastikan penyelesaiannya bakal mundur. Padahal, pemerintah memberikan target tahun 2016 harus tuntas. “ Kalau ada hambatan, ya paling soal cuaca saja mas,” jelasnya.

[caption caption="Salah satu jembatan tol di jalan Patimura Salatiga (foto: bamset)"]

[/caption]

Boyolali- Salatiga Jadi Sepi

Berdasarkan catatan saya, tol Semarang- Solo yang panjangnya mencapai 72,64 kilometer, direncanakan akan selesai di tahun 2017. Dengan total investasi sebesar Rp 7,3 triliun, nantinya jarak tempuh Semarang menuju Surakarta yang makan waktu paling sepat 3 jam, setelah tol beroperasi, pengguna jalan mampu mempersingkat perjalanan menjadi hanya 1,5 jam saja. Artinya, separuh waktu yang terbuang mampu dipangkas.

Tol Bawen- Semarang yang mulai dioperasionalkan sejak tahun 2014 lalu, mampu mempersingkat waktu dari 1 jam perjalanan menjadi 20 menit. Bila nantinya pembangunan tol Bawen- Salatiga sudah tuntas, maka jarak tempuh Salatiga ke Semarang hanya memerlukan waktu sekitar 30 menit. Padahal, bila melewati jalur lama, paling tidak membutuhkan waktu 1,5 jam karena arus lalu lintas selalu tersendat oleh banyaknya pabrik- pabrik di wilayah kabupaten Semarang.

[caption caption="Pondasi calon jembatan di Desa Ujung- Ujung (foto: bamset)"]

[/caption]

Untuk Kota Salatiga sendiri, tol yang lagi dibangun melewati tiga kelurahan yakni Bugel, Kauman Kidul dan Tingkir Lor. Dengan total lahan yang tergerus mencapai 140.980 meter persegi, warga yang menerima ganti rugi berjumlah 235 kepala keluarga. Hingga sekarang, proses ganti rugi nyaris tanpa kendala yang berarti sehingga target pembangunan diprediksi bakal selesai tepat waktu.

Bagi pengguna jalan, mungkin sangat diuntungkan dengan keberadaan jalan tol Semarang- Solo yang bakal selesai di tahun 2017. Persoalannya, ada akibat yang harus ditanggung oleh masyarakat di Kabupaten Boyolali dan Kota Salatiga. Implikasi beroperasinya tol tersebut, saya perkirakan arus lalu lintas yang melewati dua kabupaten serta kota itu akan berkurang hingga 50 persen.

Bila tak memiliki kepentingan yang mendesak, nantinya pengguna jalan tol tak mungkin berbelok ke Boyolali mau pun Salatiga. Mereka lebih suka memacu pedal gasnya untuk sampai di tujuannya masing- masing. Apakah hal ini sudah diantisipasi oleh para petinggi di Boyolali dan Salatiga ? Susah menjawabnya. Sebab, dampak pengurangan arus lalu lintas akan mendera lini sosial, ekonomi serta pariwisata.

Semisal sekarang ini, pengguna jalan yang menempuh perjalanan dari Semarang menuju Solo atau sebaliknya masih mau mampir ke Salatiga sekedar membeli oleh- oleh mau pun menikmati kuliner. Apakah nantinya mereka akan melakukan hal serupa ? Demikian pula dengan sektor pariwisata, sepertinya angka kunjungan wisatawan juga bakal mengalami nasip serupa. Itulah konsekuensi pembangunan, tinggal cerdas- cerdasnya pemimpin di daerah untuk mensiasatinya. Kalau mereka abai, alamat tergerus kemajuan jaman.(*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun