Keinginan menikmati sensasi air terjun di sekitar wilayah Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang dan Kabupaten Magelang, sudah cukup lama selalu tertunda. Akhirnya, Selasa (5/1) kemarin terealisasi juga kendati hanya lokasi yang terkunjungi karena faktor keterbatasan waktu dan cuaca. Berikut catatan saya jalan-jalan siang (JJS).
Agenda saya saat meninggalkan rumah, sebenarnya tertuju pada air terjun Kali Pancur di Desa Nogosaren, Getasan, Air Terjun Umbul Songo di kawasan Kopeng, Air Terjun Seloprojo, Ngablak dan Air Terjun Sekar Langit, Grabag, keduanya masuk wilayah Kabupaten Magelang. Sayangnya, saya berangkat sudah agak kesiangan, yakni pukul 12.00 baru mulai memacu motor.
Menempuh perjalanan sekitar 30 menit (berjarak 14 kilo meter dari Salatiga), motor saya sudah memasuki Desa Nogosaren. Kendati kondisi jalan menurun dan kurang begitu bagus, namun tak ada hambatan yang berarti. Begitu tiba di halaman parkir wisata Kali Pancur, seseorang mengenali saya. Agak susah mengingat orang tersebut. Setelah disegarkan ingatan saya, akhirnya saya ingat bahwa ia dulu pernah berjualan di dekat kampung saya.
Namanya Juremi, ia warga Desa Nogosaren. Usai memarkirkan motor, saya diantar memasuki obyek wisata Kali Pancur yang tiap akhir pekan selalu padat pengunjung. Begitu masuk areal, saya sudah ada kegamangan. Ternyata, untuk menuju air terjun, harus melalui tangga menurun yang jumlahnya mencapai sekitar 800-an anak tangga. Saya membayangkan nanti kembalinya pasti akan menguras tenaga, pasalnya tangga menurun itu berjarak hampir 900 meter.
Juremi sempat memprovokasi saya agar tak gampang menyerah. Meski begitu, saya orang yang tahu diri, saya telah mengukur kemampuan saya. Sepertinya, turunnya enak, namun, kembali ke atas pasti ngos-ngosan. Tidak opname di rumah sakit sudah bagus. Akhirnya, baru sampai setengah perjalanan, saya berhenti. Saya cukup puas melihat sensasi air terjun dari jarak 400-an meter.
Pesona Air Terjun Kali Pancur memang indah, air yang berada di ketinggian sekitar 150 meter, mengucur deras ke bawah. Sebelum menyentuh permukaan tanah, air sempat pecah di udara hingga menimbulkan gerimis kecil. Hal tersebut bisa dirasakan ketika kita berada di dekat jatuhnya air. Di balik air terjun, tepatnya di tebing banyak dijumpai goa-goa kecil yang berfungsi sebagai sarang burung walet.
Sembari nongkrong dan mengisap rokok kretek, hampir 30 menit saya menikmati suasana alam yang benar-benar bebas polusi. Setelah melihat cuaca agak mendung, saya memutuskan kembali ke atas. Hasilnya? Baru dapat 100 anak tangga, dengkul serasa mau lepas. Untuk mencapai lokasi parkir yang berjarak 500-an meter, saya terpaksa berulang kali berhenti. Sementara Juremi terkekeh-kekeh, seperti menyaksikan lawak Srimulat.
Air Terjun Seloprojo
Saat meninggalkan Kali Pancur, saya berniat langsung menuju Air Terjun Umbul Songo, Kopeng, Getasan, Kabupaten Semarang. Tetapi, entah karena apa, setibanya di Kopeng, motor tetap saya pacu menuju Air Terjun Seloprojo yang memang berjarak tak begitu jauh. Hingga 15 menit kemudian, saya memasuki wilayah Kecamatan Ngablak, Kabupaten Magelang.
Begitu sampai Pasar Ngablak, saya mengambil jalan ke kanan melewati kantor Kecamatan Ngablak dan memasuki Desa Seloprojo. Jarak dari jalan raya kurang lebih 2 kilo meter melewati jalan aspal yang berkelok. Hingga tiba di lokasi, usai membayar karcis masuk sebesar Rp 4 ribu, saya segera menyusuri jalan setapak sebelum berada di bawah air terjun. Areal wisata yang berada di lereng Gunung Telomoyo ini, sebenarnya sangat menarik, sayang pengelolaannya kurang optimal.
Karena saya masih harus mampir ke Air Terjun Umbul Songo di kawasan Kopeng, maka tentunya tak bijak bila berlama-lama di sini. Sekitar pukul 14.00 saya mulai meninggalkan Seloprojo, saat melewati Pasar Ngablak, saya masih sempat mengisi perut di salah satu warung makan. Menikmati nasi opor ditambah teh manis, saya diwajibkan membayar Rp 15 ribu. Lumayan murah.
Meneruskan perjalanan menuju Kopeng, di perbatasan saya sempat menemukan tiga butir buah jeruk yang bermasalah (baca: awas-ranjau-jeruk-mengintai-pengguna-jalan). Sementara cuaca mendung terlihat menghiasi langit. Begitu tiba di depan pasar Kopeng, mendadak hand phone berbunyi berulangkali. Ketika saya angkat, ternyata seorang kerabat mengatakan ia menunggu di rumah karena ada kepentingan yang cukup mendesak. Mempertimbangkan faktor cuaca serta sudah ditunggu, akhirnya saya batalkan mengunjungi Air Terjun Umbul Songo.
Dalam kesempatan lain saya berharap mampu menuntaskan kunjungan ke dua air terjun lainnya. Dalam catatan saya, dari air terjun yang sudah saya longok, lokasi Kali Pancur sepertinya dikelola lebih baik dibanding Seloprojo. Hanya sayangnya, untuk menuju Air Terjun Kali Pancur, memang membutuhkan persiapan fisik yang prima. Begitulah hasil JJS saya, bagi yang akan mengikuti jejak saya, bisa menempuh route lewat Salatiga maupun Magelang. Yang membedakan, melalui Salatiga jarak tempuhnya cenderung makin singkat.(*)
.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H