Mohon tunggu...
Bambang Setyawan
Bambang Setyawan Mohon Tunggu... Buruh - Bekerja sebagai buruh serabutan yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Bekerja sebagai buruh serabutan, yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ibu Profesional ini Namanya Septi Peni Wulandani (3)

29 Desember 2015   18:13 Diperbarui: 1 September 2017   11:20 1928
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Septi saat launching digital mommy (foto: dok pribadi)

Nama Septi Peni Wulandani, ibu tiga orang anak warga Kota Salatiga ini adalah penemu metode Jarimatika. Di luar itu,  istri dari Dodik Mariyanto tersebut memang mengkalim dirinya sebagai sosok ibu rumah tangga profesional.Berikut catatan  penutup saya, semoga mampu menginspirasi ibu- ibu di Indonesia.

Septi yang sukses menggulirkan metode Jarimatika, saat ini sudah hak cipta Jarimatika dan membuat franchise. Sekarang, Jarimatika telah mempunyai sekitar 500 gerai yang tersebar di 120 kabupaten/ kota, baik di Jawa mau pun luar pulau Jawa. Kendati begitu, bukan berarti ia lantas bisa ongkang- ongkang kaki di rumahnya yang terletak di Jalan Margosari PR 4 Kota Salatiga. Sebagai ibu rumah tangga profesional, dirinya memiliki agenda padat. Selain mengelola sekolah alam yang diberi nama School of Life Lebah Putih, dia juga mengendalikan Institut Ibu Profesional (IIP).

Sedikit tentang Jarimatika hasil temuannya, sebenarnya merupakan metode agar anak bisa menerima pelajaran matematika yang selama ini dianggap sebagai momok yang menakutkan. Dengan menggunakan jari- jari tangan, maka operasi Kali,Bagi, Tambah,Kurang mampu dilakukan tanpa alat bantu apa pun. Metode akan sangat efektif bila dikuasai orang tua sehingga mampu mengajarkan pada anak- anaknya.

Di Jarimatika, tangan kanan digunakan untuk melambangkan satuan, sedang tangan kiri dimanfaatkan melambangkan puluhan. Sebagai contoh, angka 1 diwakili jari telunjuk tangan kanan, angka dua oleh jari tengah tangan kanan, angka 3 oleh jari telunjuk, jari tengah dan jari manis tangan kanan, angka 4 diwakili jari telunjuk, jari tengah ,jari manis dan jari kelingking tangan kanan serta angka 5 diwakili jari jempol tangan kanan.

Untuk angka 6 diwakili jari jempol dan jari telunjuk tangan kanan, angka 7 oleh jari jempol, jari telunjuk dan jari tengah tangan kanan, angka 8 diwakili jari jempol, jari telunjuk, jari jari tengah dan jari manis tangan kanan serta angka 9 diwakili oleh lima jari tangan kanan.  Penggunaan untuk tangan kiri, sama dengan tangan kanan hanya bilangannya 10,20,30 dan seterusnya.

Dengan penggunaan jari- jari tangan tersebut, nantinya untuk perkalian, pembagian, penambahan mau pun pengurangan mampu dilakukan secara mudah. Kendati begitu, agar mampu menguasainya, maka seseorang harus mengikuti semacam les di gerai- gerai Jarimatika yang tersebar di sekitar 120 kabupaten/ kota di Indonesia. Bahkan, total gerai yang ada sudah mencapai di atas 500 lokasi.

Septi yang pantang mengenakan daster saat di rumah pada jam kerja, sepertinya menjadi perempuan yang super sibuk. Selain aktif berbicara di berbagai seminar , ia juga merupakan pendiri School of Life Lebah Putih dan IIP. Konsekuensinya, dirinya setiap saat harus mampu mengendalikan opersional dua lembaga pendidikan tersebut. Tak heran bila pk 07.00, dia telah rapi bak orang kantoran.

School of Life Lebah Putih

Berangkat dari kepedulian Septi terhadap dunia pendidikan anak- anak yang terkesan sangat formal, akhirnya ia membenamkan investasi untuk mendirikan sekolah bernuansa alam. Dengan nama School of Life Lebah Putih, kurikulum yang dipergunakan sebenarnya standar seperti galibnya sekolah – sekolah lain. Yang membedakan adalah cara pembelajaran mau pun wujut sekolahnya yang seolah diprogram di alam bebas.

Siswa School of Life Lebah Putih tengah belajar (foto: dok LP)
Siswa School of Life Lebah Putih tengah belajar (foto: dok LP)
School of Life Lebah Putih merupakan tempat bagi anak- anak untuk belajar melalui bermain di alam. Di mana, bocah- bocah lucu tersebut leluasa aktif bergerak, bersosialisasi dalam nuansa alami sehingga mereka belajar tanpa ada perasaan terpaksa atau tertekan. Karena desain sekolahnya memang dibuat akrab dengan alam, maka pemandangan hijau pepohonan sangat mendominasi sekolah tersebut.

Sekolah yang berlokasi di Jalan Sidomulyo, Ngawen, Sidomukti, Kota Salatiga ini, di mata anak- anak memang sangat menarik. Didirikan tahun 2009, awalnya Septi hanya mengontrak rumah. Setahun kemudian, ia mampu membangun kompleks sekolah di areal yang cukup luas dan serba hijau. School of Life Lebah Putih menerima murid TK dan SD, metode pembelajarannya sangat menarik. Sebab, siswa dituntut untuk aktif mengetahui berbagai kehidupan alam.

Kendati menempati lahan yang penuh tanaman dan pepohonan, namun kondisi halaman School of Life Lebah Putih terlihat bersih dari sampah. Tak ada bekas- bekas daun yang berguguran. Bila sekolah lain dikelilingi pagar tembok atau besi, di sini pagarnya adalah pohon- pohon bambu sehingga kesan natural terasa kental. Satu hal yang menarik, siswa memanggil gurunya tidak dengan sebutan pak mau pun ibu, tapi guru- guru tersebut disapa menggunakan istilah “kakak”.

Gaya mengajar guru di School of Life Lebah Putih (foto: dok LP)
Gaya mengajar guru di School of Life Lebah Putih (foto: dok LP)
Di School of Life Lebah Putih terdapat empat target yang ingin dicapai, yakni Intellectual Curiosity, Creative Imagination, Art of Discovery and Invention dan Noble Attitude. Untuk Intellectual Curiosity diharapkan muncul sosok pembelajar dengan rasa ingin tahu yang tinggi, hal itu diwujutkan siswa dilatih agar terampil bertanya serta melihat tantangan. Sedang Creative Imagination dimaksudkan terbentuk sosok pembelajar yang mempunyai kreatifitas dan imajinasi tinggi, berani mengungkapkan gagasan.

Art of Discovery and Invention sendiri dimaksudkan agar muncul sosok pembelajar yang senang menemukan sesuatu dalam setiap pembelajaran meski yang diajarkan sesuatu yang sederhana. Sedang yang terakhir yaitu Nobile Attitude  ditujukan agar terbentuk sosok pembelajar yang tumbuh dengan karakter kokoh dan mengasah aspek spiritualnya. Guna mendukung target- target tersebut, maka proses belajar mengajarnya sengaja dihilangkan sekat jarak antara guru beserta siswanya.

Institut Ibu Profesional

Mempunyai seabrek aktifitas, rupanya tak membuat Septi mati gaya. Rasa cintanya terhadap anak- anak dan keluarga, akhirnya mengantarkan ibu tiga anak tersebut terus berinovasi. Tahun 2011, ia mendirikan Institut Ibu Profesional (IIP), yakni sebuah komunitas yang memiliki atensi pada pendidikan bagi ibu mau pun calon ibu. Septi membidani IIP karena menangkap adanya kegelisahan atas munculnya fenomena banyaknya kaum wanita yang enggan menyandang predikat sebagai ibu rumah tangga.  Pergeseran budaya plus gaya hidup telah “ menjauhkan” kaum perempuan dengan anak- anaknya.

IIP sendiri dalam perjalanannya tidak mulus- mulus amat. Meski begitu, Septi tak patah arang, ia terus membangun dengan menciptakan image positif. Hasilnya, bila awalnya hanya memiliki anggota dua orang, sekarang IIP sudah mempunyai anggota ratusan orang yang tersebar di 35 kota di Indonesia serta sejumlah negara seperti  Malaysia, Singapura, Korea Selatan hingga Uni Emirat Arab. Lewat situs www.ibuprofesional.com, Septi secara rutin memberikan materi- materi parenting kepada anggotanya.

Septi dengan keluarganya (foto: dok keluarga)
Septi dengan keluarganya (foto: dok keluarga)
Kurikulum baku yang diajarkan Septi di IIP, memiliki empat pilar vital yaitu Bunda Sayang (ilmu mendidik anak), Bunda Cekatan (ilmu mengenai mengelola keluarga), Bunda Produktif ( ilmu tentang bagaimana para ibu dapat mandiri secara financial) dan Bunda Shaleha ( ilmu yang mengajarkan bagaimana seorang ibu dapat bermanfaat bagi diri sendiri, keluarga serta lingkungannya). Hasil akhir yang diperoleh, menurut Septi , ia berharap nantinya banyak kaum perempuan yang menyadari perannya. Sehingga memiliki bekal pengetahuan yang cukup mendidik anak dan mengurus keluarga.

Itulah yang bisa saya bagikan mengenai sepak terjang Septi Peni Wulandani, seorang ibu rumah tangga professional yang sudah membuktikan kemampuannya dalam mendidik tiga anaknya, mengelola lembaga pendidikan yang berkualitas dan menjaga keharmonisan keluarganya. Kiranya, segala apa yang telah dilakukannya mampu menginspirasi ibu- ibu di mana pun berada. (Sampun rampung, matur nuwun) (*)

Artikel 1 & 2 :

ibu-profesional-ini-namanya-septi-peni-wulandani

ibu-profesional-ini-namanya-septi-peni-wulandani-2_

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun