Mohon tunggu...
Bambang Setyawan
Bambang Setyawan Mohon Tunggu... Buruh - Bekerja sebagai buruh serabutan yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Bekerja sebagai buruh serabutan, yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Memanjakan Warga Salatiga dengan Ruang Terbuka

16 Desember 2015   16:29 Diperbarui: 17 Desember 2015   02:40 2980
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Taman Tingkir Salatiga yang baru selesai dibangun (foto: bamset)"][/caption]Mendapatkan hiburan murah meriah secara permanen di Kota Salatiga, sepertinya di jaman sekarang bukan lagi suatu hal yang sulit. Beberapa fasilitas umum dan ruang terbuka hijau, belakangan terus diupayakan untuk memanjakan warganya. Salah satunya, Taman  Tingkir yang baru saja selesai dikerjakan.

Kendati baru tuntas dikerjakan dan proyeknya belum diserahkan kepada pemerintah kota (Pemkot) Salatiga, namun, saban sore sudah dipenuhi oleh warga yang mengajak anak- anaknya untuk bermain di ruang terbuka tersebut. Bila cuaca cerah, ratusan anak- anak terlihat sangat menikmati Taman Tingkir yang terletak di Kelurahan Sidorejo Kidul, Kecamatan Tingkir ini.

[caption caption="Mainan anak- anak di Taman Tingkir (foto: bamset)"]

[/caption]

Taman Tingkir sendiri dibangun dengan dana Rp 4,6 miliar yang dikerjakan seama hampir 5 bulan. Sebelumnya lahan yang ada merupakan tanah Negara, karena berada di jalur yang relatif sepi, akhirnya ditetapkan menjadi Taman Kota. Terkait hal tersebut, fasilitas yang disediakan meliputi tempat ramah difabel, taman lansia, mushola, berbagai permainan anak, lapangan olahraga hingga pendapa yang bisa dimanfaatkan guna menggelar pertemuan warga.

Rabu (16/12) saya sempat bertandang ke Taman Tingkir, agak geli melihat  anak- anak yang haus akan hiburan murah.Di tengah gerimis lembut, mereka nampak sangat menikmati kebebasan bermain di lokasi ini. Sementara anak- anaknya asyik berbaur dengan teman sebayanya, para orang tua hanya duduk- duduk di pingir lokasi. “ Lumayan mas, bisa melepas anak- anak bermain dengan aman di sini,” kata Maryoto (55) warga Desa Ujung-Ujung, Pabelan, Kabupaten Semarang.

[caption caption="Ruang terbuka hijau yang belum hijau di Taman Tingkir (foto: bamset)"]

[/caption]

Memang, kendati posisinya berada di wilayah Kota Salatiga, namun hanya berjarak  2 kilo meter telah telah memasuki Kabupaten Semarang. Sehingga, banyak warga desa tetangga yang ikut menikmatinya, termasuk Maryoto. Sisi positif yang didapat warga, mereka bisa refreshing secara gratis dan anak- anaknya bebas bermain tanpa khawatir oleh lalu lalang kendaraan. Sebab, Taman Tingkir sengaja dipagar keliling.

Lapangan Pansi,Hutan Kota, Selasar Kartini dan  Perpusda

Kota Salatiga yang memang wilayahnya tak begitu luas,terpaksa harus mensiasati sempitnya lahan dengan membangun titik- titik ruang publik. Sebelum Taman Tingkir diwujutkan, sejak tahun 2000 an, ruang terbuka yang tersedia hanya lapangan Pancasila (Pansi). Di mana, selain untuk aktifitas olahraga, di pinggiran lapangan terdapat tenda- tenda pedagang kaki lima. Para pedagang yang sebelumnya liar, diakomodir agar terlihat tertata.

[caption caption="Taman Kota Salatiga di JLS (foto: bamset)"]

[/caption]

Setelah lapangan Pansi, pemerintah setempat mulai membangun Taman Kota dan Hutan Kota Bendosari yang lokasinya berada di Jalan Lingkar Selatan (JLS). Seperti galibnya ruang publik yang bisa dinikmati secara gratis, nyaris saban sore hingga malam, kawasan ini selalu dipenuhi pengunjung, baik dari Salatiga sendiri mau pun Kabupaten Semarang.  Tiap minggu, areal tersebut kerap digelar berbagai kegiatan seperti lomba drum blek, pengolahan sampah serta kegiatan lainnya.

[caption caption="Hutan Kota Salatiga di JLS (foto: bamset)"]

[/caption]

Tahun 2012, dibangun Selasar Kartini yang berada di Jalan Kartini. Ruang terbuka yang dibangun dengan dana Rp 8 miliar tersebut, kendati awalnya sempat diselidiki oleh Kejaksaan Negeri Kota Salatiga, belakangan perkaranya adem ayem. Seperti ruang publik lainnya, bila cuaca cerah, lokasi ini selalu dipadati warga untuk sekedar kongkow, momong anak- anaknya atau bermain sepatu roda.

[caption caption="Selasar Kartini yang sempat bermasalah (foto: bamset)"]

[/caption]

Hampir berbarengan dengan dibangunnya Selasar Kartini, Perpustakaan Daerah (Perpusda) ikut dibangun. Ruang publik  yang terletak di Jalan Adi Sucipto nomor 7  Kota Salatiga ini, menempati gedung baru berlantai tiga. Posisinya sangat representatif, sehingga sangat mudah dijangkau. Buka mulai pukul 08.00 hingga pk 20.00, sedang Sabtu–Minggu buka seperti biasa, namun tutup pk 16.00. Mungkin Perpusda merupakan satu- satunya fasilitas milik pemerintah daerah yang mempunyai jadual praktek paling panjang dan serba gratis.

[caption caption="Gazebo di Perpusda Salatiga (foto: bamset)"]

[/caption]

Dipimpin oleh Agus Parmadi PT.SE.MSi, sebelum Perpusda menempati gedung baru, sehari paling banter dilongok 50 pengunjung. Sekarang, jumlah pengunjung berlipat–lipat, sesepi-sepinya pengunjung, tercatat 700 orang. Sedang maksimal mencapai 1000 orang yang datang dari berbagai kalangan. Dengan populasi penduduk Salatiga yang hanya 190 ribu jiwa, otomatis minat baca masyarakatnya termasuk katagori tinggi.

Itulah beberapa lokasi ruang terbuka yang ada di Kota Salatiga, di tengah perkembangan jaman yang serba pragmatis, tak pelak keberadaan lapangan Pansi, Hutan Kota, Taman Kota, Selasar Kartini, Perpusda hingga Taman Tingkir, sepertinya menjadi tempat favorit bagi warga untuk mendapatkan hiburan secara murah meriah. Begitu pun dengan perekonomian masyarakat setempat, otomatis ikut terdongkrak. Konon, saat ini pemkot Salatiga tengah berancang- ancang membangun wisata alam lain. Namun, entah kapan bakal dimulai. (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun