[caption caption="Riza Chalid (foto: dok tribunnews.com)"][/caption]
Nama lengkapnya Mohamad Riza Chalid (MRC), seorang saudagar minyak yang telah lama malang melintang di bisnis menggiurkan ini. Kendati ia memiliki jaringan pertemanan tingkat tinggi, namun, dirinya jauh dari publikasi. Padahal, relasinya tak terbatas dan mampu menembus semua lini.
MRC melambung namanya gara- gara ikut mendampingi Ketua DPR RI Setya Novanto (Setnov) saat menemui Presiden Direktur PT Freeport Maroef Sjamsoeddin hingga berujung pada sidang Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD). Maroef mengakui, ia merekam pembicaraannya karena merasa curiga atas kehadiran MRC yang nota bene bukan anggota dewan. Kecurigaannya belakangan terbukti, MRC lebih banyak mendominasi komunikasi hingga berujung pada permintaan saham bagi Presiden berikut Wakil Presiden.
Dari rekaman berdurasi 120 menit yang diputar, MRC sepertinya sangat mengetahui detail seluruh isi Republik ini.Ia mampu bertutur tentang pencalonan Prabowo Subianto, hingga pencalonan Joko Widodo dalam pemilihan Presiden tahun 2014 lalu. Bahkan, dirinya juga berani menyebut Jokowi bakal jatuh bila tidak memperpanjang ijin kontrak karya PT Freeport.
Entah membual atau memang begitu adanya, saya meyakini MRC memang memiliki pergaulan level atas. Sebab, tak mungkin ia bisa mendampingi Setnov yang merupakan orang nomor satu di Senayan, sekaligus politisi kawakan Partai Golkar. Apa lagi bila menelisik isi rekaman yang sama, gaya bicaranya teramat akrab dengan Setnov. Artinya, MRC adalah karib pak ketua.
Sayangnya, menjelang MRC dibutuhkan oleh MKD untuk dimintai keterangannya, mendadak ia raib bak ditelan bumi. Bagi MRC, guna menghilangkan diri bukan suatu pekerjaan yang sulit. Dirinya tak perlu meminta bantuan pesulap dunia David Coferfild. Dengan duitnya yang jumlahnya susah dihitung, dalam sekejab dia bisa terbang ke Singapura dan duduk manis di sana tanpa mampu disentuh.
Pakde Kartono
[caption caption="Akun Pakde Kartono di kompasiana (foto: dok kompasiana.com)"]
Lenyapnya MRC pada saat dibutuhkan oleh MKD dan juga dinanti jutaan rakyat Indonesia ini, mengingatkan saya pada sosok kontroversial di Kompasiana, yakni Pakde Kartono. Siapa pria flamboyan yang menggunakan foto aktor Brad Pitt di profilnya tersebut , tidak banyak yang mengetahui persis. Hanya beberapa Kompasianer yang mengerti persis detail si Pakde.
Pakde Kartono yang sempat menjadi selebriti di Kompasiana, mencerminkan dirinya sebagai pria yang bijak, kaya, sangat mencintai istrinya dan cerdas. Gaya tulisannya lumayan enak, kerap dibumbui aroma mesum tetapi hebatnya memiliki banyak penggemar. Sulit menemukan pengganti figur seperti dia. Yang saya ingat, ia memberikan komen di lapak saya sebanyak 3 kali. Sementara, saya memberinya komen atas artikel yang ditulisnya sekitar 6 kali.
Hingga muncul kehebohan atas adanya foto Gayus Tambunan terpidana korupsi dengan dua orang rekan Kompasianer tengah makan siang di salah satu Restoran di Jakarta, pertengah bulan September lalu, Pakde Kartono masih sempat memposting tiga (kalau tak keliru) kali artikel. Semuanya membantah bahwa dirinya adalah Gayus Tambunan, tentunya dilengkapi berbagai argumentasi yang bersifat subyektif.
Kendati bila disimak sepintas argumentasi agak masuk akal, namun, banyak Kompasianer yang “menghajar”nya. Ia dianggap identik Gayus Tambunan, seluruh artikel yang menohok Pakde Kartono juga dilengkapi dengan berbagai logika. Semenjak saat itu, Pakde Kartono langsung lenyap bersamaan dipindahnya Gayus Tambunan dari LP Suka Miskin, Bandung ke LP Gunung Sindur, Bogor.
Bila Pakde Kartono adalah tokoh kontroversial di dunia maya, sebaliknya MRC merupakan sosok fenomenal di dunia nyata. Tanpa harus dijelaskan, MRC merupakan pengusaha minyak yang kaya, licin dan supel dalam pergaulan. Begitu pula Pakde Kartono, ia mengaku orang sukses,moderen, intelek serta ramah terhadap penggemar wanita.
Itulah kemiripan MRC dengan Pakde Kartono, sama- sama mengetahui banyak tentang berbagai hal, piawai membual dan pintar membuat kegaduhan. Namun, ketika tersandung masalah, keduanya kompak menghilang. Perbedaannya, Pakde Kartono raib untuk selamanya, sedang MRC tak mungkin lenyap secara permanen. Ya, namanya saja kehidupan di dunia berbeda, tentunya tetap ada perbedaan kendati memiliki kemiripan. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H