Mohon tunggu...
Bambang Setyawan
Bambang Setyawan Mohon Tunggu... Buruh - Bekerja sebagai buruh serabutan yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Bekerja sebagai buruh serabutan, yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Akhirnya 1 Tahun 365 Artikel Terpenuhi

8 Desember 2015   02:42 Diperbarui: 8 Desember 2015   02:42 1183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Kompasiana (foto: kompasiana.com)"][/caption]

Tak terasa, akhirnya Senin (7/12) saya genap 1 tahun menulis di Kompasiana. Meski sempat tersengal- sengal, namun 365 artikel telah terkumpul dengan rincian 102 oleh admin diberi label Head Line (HL) dan 243 mendapat stempel Pilihan (Highlight).

Sekedar catatan, saya sendiri termasuk katagori Kompasianer pemula, bergabung secara resmi tanggal 31 Oktober 2014, namun baru berani menulis tanggal 7 Desember 2014. Hampir sebulan lebih menjadi Kompasianer pasif, tak menulis apa pun kecuali mempelajari cara menulis dari para Kompasianer yang telah malang melintang  di Kompasiana.

Prinsip one day one article sebenarnya sangat sulit saya realisasi, sebab, saya juga berfikir tentang kualitas. Kalau hanya mengejar kuantitas, mungkin bisa saja dalam 1 tahun mampu menulis 500 artikel. Tapi apa gunanya membuat seabrek artikel tak ada yang baca ? Jadi, kendati “terengah- engah” karena sempat tidak aktif hampir 3 minggu, akhirnya apa yang dikerjakan Opa Tjiptadinata terpenuhi juga.

Sebagai Kompasianer pemula di rimba jurnalisme warga ( citizen journalism ), saya awalnya sempat tergagap- gagap. Banyak faktor yang menghambat, di antaranya terbatasnya jenjang pendidikan, keterbatasan kosa kata hingga penyakit gagap teknologi. Belum lagi faktor usia yang secara otomatis sangat berdampak pada kecepatan berfikir mau pun menganalisa.

Perlahan saya mulai menulis apa saja yang bisa saya tulis, hingga 10 hari memposting beberapa artikel. Ternyata reportase yang saya buat tentang wisata Bandungan, Kabupaten Semarang, dalam tempo 12 jam disimak 1086 pembaca. Artikel tanpa titel apa pun itu ternyata mampu menyedot perhatian mata pria, bahkan hingga saat ini masih sexy disimak. Angka kunjungan terakhir mencapai : 67.575 pasang mata (baca : 700-psk-di-bandungan-siap-melayani-melampiaskan-nafsu-syahwat-1).

Sejak salah satu artikel saya menembus angka 1086, saya semakin bergairah untuk menulis di Kompasiana. Celakanya, saya agak abai dengan keberadaan label HL mau pun Highlight. Jadi, hak prerogatif admin tersebut cenderung tidak pernah saya fikirkan. Saya sama sekali tak menyadari bahwa label- label itu merupakan bentuk apresiasi dari admin bagi Kompasianer.

Mulai Menyadari Tentang HL                      

Karena memang abai, saya tidak ingat kapan pertama kali artikel saya mendapat label HL. Saya baru menyadari apresiasi dari admin ketika terjadi migrasi Kompasiana lama menuju Kompasiana baru, setelah saya perhatikan ternyata di lapak saya terdapat 55 label HL. Lho ? Tak terasa telah terkumpul sebanyak itu. Sejak saat itu, saya berfikir apa mungkin mampu menambah angka HL menjadi 100 artikel dalam kurun waktu satu tahun ?

Terkait hal tersebut, saya mulai  mempelajari selera admin dalam memilih artikel yang layak mendapatkan titel HL, sayangnya kendati terus saya telisik, tetap saja tak ketemu. Begitu pun untuk artikel Highlight (H), saya kerap dibuat terbingung- bingung. Beberapa artikel saya yang jelas- jelas dikerumuni pembaca, namun tak mendapatkan label apa pun.

Malas terbebani masalah HL mau pun Highlight, akhirnya saya menulis seperti mengalir saja. Diapresiasi admin ya syukur, tidak pun ya tak masalah. Yang penting, di sela waktu luang saya sempatkan untuk menulis dengan tujuan agar bermanfaat saja. Sementara artikel- artikel saban hari terus nongol di Kompasiana, perlahan koleksi HL makin naik.

Hingga memasuki bulan Oktober, tanpa saya sadari ternyata artikel- artikel yang saya posting dan memperoleh label HL mencapai 80 an. Saya kembali tertarik untuk mendongkrak angkanya menjadi 100 sebelum genap 1 tahun menulis di Kompasiana. Terkait hal tersebut, saya kembali mempelajari selera admin dalam penempatan sebuah tulisan ke kapling HL. Ternyata, ketemu !

Untuk menggenapi angka 100 dalam tempo dua bulan, saya mulai menulis berbagai liputan di daerah. Saya abaikan isu- isu politik, fokus kupasan tertuju pada hal- hal yang ringan namun orisinil. Hasilnya, lima hari sebelum genap satu tahun menulis di kompasiana, yakni tanggal 2 Desember lalu, angka 100 telah terpenuhi (baca : satu-tahun-100-hl).                                                                  

Terima Kasih Admin

Setelah mendapatkan 100 label HL, jujur saja, saya sudah tak berharap mendapatkan hal serupa. Toh target telah terpenuhi. Meski begitu, entah admin masih merasa iba atau ada faktor lain, ternyata admin masih berbaik hati. Dua artikel terakhir saya, tetap diberikan bonus HL. Bahkan, tulisan pas satu tahun juga diberi label HL.

Aneh, saya setengah curiga dengan admin. Kenapa belakangan sangat baik hati sekali , padahal, bulan- bulan lalu berbagai komplain yang saya ajukan tak pernah ditanggapi. Tetapi, setelah saya renungkan, rasanya tak bagus menaruh sudzon kepada penguasa Kompasiana. Akhirnya saya mensyukurinya saja. Terima kasih admin, anda semua memang bijak.

Sedikit catatan yang perlu saya tambahkan, yakni pada awal saya mulai menulis di Kompasiana. Sekitar sepekan usai menayangkan artikel, saya pernah mendapat pesan singkat melalui ponsel. Datangnya dari seorang rekan yang kebetulan ia adalah dosen sebuah perguruan tinggi. Bunyinya : Wah ! Kemajuan berani nulis di Kompasiana. Emangnya paham dunia jurnalistik ?

Membaca pesan singkat tersebut, saya cuma tersenyum sendiri dan tak saya tanggapi. Saya menyadari, di balik pesan tersebut ada aroma pelecehan terhadap diri saya. Maklum, status pekerjaan saya hanya buruh harian. Otomatis, lebih banyak menggunakan otot dibanding otak. Sedang aktifitas menulis membutuhkan jelas menguras fikiran. Kendati begitu, saya membatin akan saya tunjukkan bahwa saya juga mampu.

Berulangkali saya bertemu dengan rekan tersebut, saya tak pernah menyinggung pesan singkatnya. Hingga tanggal 2 Desember lalu, saya mengirim pesan singkat kepadanya. Isinya : Tolong cek lapak saya di Kompasiana. Hari ini artikel HL sudah genap 100. Tanggapannya ? Sampai sekarang ia tak membalas pesan singkat yang saya kirimkan. Saya pun masa bodoh, yang jelas telah saya buktikan, seorang buruh serabutan pun bisa beradaptasi di Kompasiana. Terima kasih Kompasiana dan terima kasih juga untuk rekan- rekan Kompasianer semuanya. (*)

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun