Nah, dari kasus Setnov dengan Maroef yang akhirnya menimbulkan kegaduhan politik level tinggi, saya mengambil kesimpulan bahwa ilmu Setnov ternyata kalah dibanding seorang bintara polisi. Jangankan melawan seorang mantan Wakil Kepala BIN, dengan prajurit Polri yang pangkatnya belum mencapai perwira saja keok. Harusnya, bila Setnov anevnya jalan, hal ini tak akan terjadi.
Pertanyaannya, kenapa Setnov anevnya tumpul ? Analisa sederhana mungkin bisa mewakili jawabannya. Dalam dua kali pertemuan dengan Maroef, sepertinya benak ketua dewan sudah terbungkus angka- angka berjumlah triliunan rupiah sehingga memasuki pertemuan ketiga, fikirannya sudah tak jernih lagi. Ia terbuai angan yang terlalu tinggi dan akibatnya fatal. (*)