Minim Perhatian Pemkot
Pada saat saya bertandang ke Bank Sampah Makmur, kebetulan ada seorang pemuda Salatiga bernama Christ yang tengah kuliah di Jerman. Ia sengaja menemui Gito untuk berbincang lebih jauh mengenai segala aktifitasnya. Di sini saya sempat menanyakan sejauh mana perhatian pihak pemerintah kota (Pemkot) Salatiga ?
“Kalau pejabat berkunjung ke sini sering, termasuk pak Walikota Salatiga Yulianto SE MM, tetapi kalau perhatian yang dimaksud berupa bantuan, sampai sekarang belum ada. Mereka hanya datang meninjau, manggut-manggut, foto-foto, pamitan dan tak ada kabarnya lagi,” aku Gito tanpa bermaksud mengeluh.
[caption caption="Buku tabungan anggota Bank Sampah Makmur (foto: bamset)"]
Setelah proposal diserahkan pada instansi terkait, seraya berharap cemas, Gito sempat bermimpi kendaraan roda tiga itu direalisasi. Tetapi, ternyata hingga sekarang ini, apa yang ia impikan tak pernah terwujut. Padahal, harga kendaraan sejenis hanya kisaran Rp 21 juta. Entah kenapa pihak Pemkot Salatiga mengabaikannya. “ Kalau ada kendaraan itu, saya bisa mengambil sampah di asrama IAIN yang berjarak lima kilometer dari sini,” tuturnya.
[caption caption="Penunjuk arah menuju unit- unit Bank Sampah Makmur (foto:bamset) "]
Apa yang dilakukan Gito, sebenarnya mampu menginspirasi warga ibu kota Jakarta yang para pemangku kebijakannya tengah dipusingkan dengan pengelolaan sampah. Andai di setiap kelurahan di DKI terdapat satu bank sampah saja, mungkin Gubernurnya tidak lagi direcoki masalah sampah. Demikian pula daerah lainnya, langkah Gito kiranya juga mampu membangkitkan semangat pengelolaan sampah secara mandiri. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H