Mohon tunggu...
Bambang Setyawan
Bambang Setyawan Mohon Tunggu... Buruh - Bekerja sebagai buruh serabutan yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Bekerja sebagai buruh serabutan, yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Aceh Singkil, Belajarlah Ke Salatiga

19 Oktober 2015   13:35 Diperbarui: 19 Oktober 2015   13:35 1131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Warga Salatiga lebih suka menempuh cara- cara cerdas dan elegan dalam menyelesaikan suatu persoalan. Paling tidak, beberapa kali aksi unjuk rasa yang digelar, semuanya berlangsung aman. Bahkan, Minggu tanggal 2 Maret 2008, pernah terjadi, sedikitnya 10 ribu umat Muslim melakukan aksi unjuk rasa besar- besaran. Aksi yang dimotori para kyai serta aktifis muda Islam, dimulai dari Masjid Al Atiq yang terletak di jalan raya KH Wahid Hasyim.

Tuntutan yang diajukan, bukan perkara remeh. Tuntutan massa cuma satu, meminta lahan yang dikuasai pihak swasta untuk dibuat menjadi Islamic Centre. Aksi yang melibatkan ribuan umat Muslim berlangsung sekitar 2 jam, di mana dari Masjid Al Atiq massa bergerak menuju rumah dinas Walikota yang berjarak 1 kilo meter. Ketika negoisasi tak menemui titik temu, apa yang yang terjadi ? Massa bubar secara tertib. Dalam aksi itu, tidak ada satu pun rumput yang tercabut dan tidak ada satu pun genting yang pecah.

Ketika para pemimpin menyodorkan konsep- konsep pentingnya keanekaragaman, kebhinekaan atau pluralisme, masyarakat Salatiga sudah sejak kemerdekaan telah mengimplementasikan tanpa banyak mengumbar kata. Bukan berarti tidak ada benturan sama sekali, gesekan antar warga tetap ada, namun, belum pernah meledak jadi kerusuhan massal.

Inilah hebatnya Kota Salatiga, semua diselesaikan dengan kepala dingin. Bila dibanding Kabupaten Aceh Singkil yang jumlah penduduknya hanya 108 ribu jiwa, harusnya persoalan di Salatiga lebih kompleks. Kendati begitu, nampaknya tindak amuk massa serta tindakan- tindakan provokatif lainnya memang bukan budaya warga kota ini. Andai kota- kota lain di Indonesia mau belajar ke Salatiga, alangkah indahnya bumi Nusantara. (*)

Artikel terkait  Salatiga :

indonesia-tirulah-salatiga-1_

indonesia-tirulah-salatiga-2

indonesia-belajarlah-dari-salatiga_

kenapa-tolikara-tak-belajar-ke-salatiga

begini-gaya-omb-ospek-uksw-salatiga_

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun