Kendati sempat jatuh bangun di jagat politik, namun, sepertinya “syahwat” berpolitik Raja dangdut Rhoma Irama tetap saja berkobar. Sabtu (11/7) ini, ia akan mengumumkan partai baru besutannya dengan label Partai Islam Damai Aman (Idaman).
Seperti dilansir tempo.co , Partai Idaman yang akan diperkenalkan ke publik di Restoran Arab Raden Bahari, Jalan Mampang Prapatan Raya, Jakarta Selatan ini, menurut Luthfi Zubaid, Sekretaris Jendral Fahmi Tamami (Ormas Islam bentukan Rhoma Irama ), kendati membawa nama Islam, tetapi Partai idaman merupakan partai nasionalis.“ Slogannya juga ‘menampilkan citra Islam yang rahmatan lil ‘alamin, membangun Indonesia yang pancasilais. Jadi ada keduanya,” jelasnya.
Rencananya, ahad mendatang Rhoma Irama akan menandatangani akte notaries sekaligus deklarasi perkenalan ke khalayak umum. Setelah itu, Rhoma dan timnya bakal menyiapkan berkas untuk diajukan ke Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia. Terkait biaya pendaftaran konon, dananya dikumpulkan dari fans serta Ormas Rhoma.
Apa pun bentuk Partai Idaman, yang jelas Rhoma Irama sepertinya ingin menguji eksistensi dirinya dalam politik. Meski menyandang gelar sebagai raja dangdut, nampaknya ia merasa belum cukup. Sebab, selama puluhan tahun menjadi pendongkrak suara partai lain, dia menganggap segala perjuangannya terabaikan oleh petinggi partai yang dibelanya.
Dalam catatan saya, Rhoma Irama mulai dimanfaatkan popularitasnya sejak tahun 80 an, ia bergabung dalam Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Di mana, dengan nama besarnya, perolehan suara partai Islam itu lumayan terdongkrak. Sayangnya, sehebat apa pun diri Rhoma, situasi orde baru tak ada satu pun partai yang mampu mengalahkan partai penguasa, yakni Golkar.
Setelah orde baru tumbang, Rhoma “tiarap” dari dunia politik. Namanya kadang muncul kadang lenyap, hingga Pemilu Legislatif tahun lalu, Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) , Muhaimin Iskandar berhasil merayunya untuk menggerakkan mesin partai. Iming- iming bakal menjadi calon Presiden nampaknya mampu membuai bang haji. Hasilnya, berkat dukungan Rhoma, partai yang dilahirkan Gus Dur mampu bertengger sebagai partai menengah.
Ibarat habis manis sepah diabaikan, belakangan janji untuk mengusung Rhoma Irama sebagai calon Presiden, ternyata diingkari dengan berbagai dalih. Hal itulah yang membuat pelantun lagu “Judi” ini meradang. Ia segera menyatakan sikap, hengkang dari PKB dan melirik Partai Bulan Bintang (PBB).
Sayangnya, keberuntungan lagi- lagi tak berpihak pada Rhoma Irama. Menjelang Muktamar PBB periode tahun 2015- 2020 yang berlangsung bulan April 2015, ia yang tercatat sebagai kandidat ketua umum, belakangan terpental. Dirinya dikalahkan oleh pendiri PBB, Yusril Ihza Mahendra yang memang lebih mengakar di kalangan kader PBB.
Mungkinkah Rhoma akan mendulang sukses dengan Partai Idaman besutannya ? Susah untuk menjawabnya. Sebab, berdasarkan fakta di lapangan, banyak tokoh nasional yang membidani partai. Hasilnya, ketika mengikuti Pemilu Legislatif ternyata jeblok adanya. Beberapa di antaranya adalah Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI) yang dibentuk Jendral (Purn) Try Sutrisno dan Jendral (Purn) Edy Sudrajat, Partai Hanura yang didirikan Jendral (Purn) Wiranto, Partai Karya Peduli Bangsa (PKPB) besutan Jendral (Purn) Hartono hingga Partai Demokrasi Pembaharuan (PDP) yang dibidani Laksamana Sukardi (mantan politisi PDI Perjuangan).
Seperti baris lirik salah satu lagu Rhoma yang saya lupa judulnya (maklum bukan penggemar berat), bang haji mengatakan : Mencari teman, memang susah, pa bila untuk teman duka dstnya. Padahal, menurut saya, yang paling susah adalah bermain politik. Sebab, salah sedikit fatal akibatnya. Bisa- bisa sakitnya tuh di sini ( di kening maksudnya). (*)
Sumber : tempo.co/tidak-kapok-berpolitik-rhoma-dirikan-partai-idaman
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H