[caption id="attachment_408790" align="aligncenter" width="630" caption="Drumblek Dari Kampung Karang Duwet (Foto: Dok Iip R)"][/caption]
Seorang gadis cantik, berpakaian sexy dengan tongkat mayoret di tangannya meliuk- liuk memberi aba- aba, sementara di belakangannya ratusan anak mudamenabuh berbagai alat musik hingga berkumandang instrument lagu Anak Sekolah yang biasa dinyanyikan Chrisye. Dari jarak agak jauh, maka orang akan menilai group Marching band tengah beraksi.
Penilaian itu tidak seratus persen keliru, memang, yang memainkan lagu tersebut sebuah kelompok Marching band asal kota Salatiga. Perbedaannya, peralatan yang digunakan sangatjauh lebih murah dari peralatan Marching band yang asli. Mereka hanya menggunakan bekas jirigen, ember, kaleng dan bambu. Hasilnya ? Luar biasa, serasa asyik di telinga.
[caption id="attachment_408791" align="aligncenter" width="540" caption="Jirigen Minyak Yang Ditabuh (Foto: Dok Iip R)"]
Puluhan kelompok yang ada di Salatiga ini menamakan dirinya Drumblek, artinya kurang lebih Marching band dengan menggunakan peralatan dari blek (seng). Hampir 10 tahun terakhir ini, di berbagai kampong telah terbentuk group- group Drumblek, dengan anggota minimal 50 orang dan maksimal 100 personil.
Selain kompetisi rutin yang digelar saban tahun, keberadaan Drumblek di Salatiga sudah menjadi ikon tersendiri di kota kecil ini. Nyaris semua event yang ada, selalu ad suguhan atraksi Drumblek. Bahkan, Universitas Ktristen Satya Wacana (UKSW) sendiri, sampai merasa perlu membentuk kelompok Drumblek lengkap dengan penarinya.
Jangan memiliki image bahwa Drumblek ini cuma sebuah kelompok Marching band ecek- ecek, sebab, kendati menggunakan peralatan yang nyaris semuanya bekas pakai, namun mereka mampu tampil memikat. Selain trampil memainkan lagu- lagu pop, mereka juga piawai menyuguhkan lagu- lagu berirama jazz.
[caption id="attachment_408792" align="aligncenter" width="658" caption="Drum Plastik Bekas Oli pun Jadi (Foto: Dok Iip R)"]
Seperti galibnya Marching band, Drumblek di Salatiga juga dipimpin seorang mayoret. Celakanya, para mayoret yang memberikan komando pada puluhan group Drumblek, tak ada yang bertampang biasa- biasa. Selain cantik, langsing, berkulit kuning, mayoritas luwes berlenggak lenggok sembari memainkan tongkatnya. Bisa dikata, mereka mirip peragawati yang menggunakan aspal sebagai catwalk panjang.
[caption id="attachment_408793" align="aligncenter" width="480" caption="Mayoret 1 (Foto: Dok Iip R)"]
Para mayoret yang selalu berada di barisan depan ini, kendati menjadi pusat perhatian penonton di sepanjang jalan, tetapi mereka harus kerja keras. Bagaimana tidak ? Sepanjang perjalanan yang kadang mencapai jarak sekitar 5 kilo meter, mereka terus bergerak atraktif. Meliuk- liuk sembari menebar senyum, padahal sepatu yang dikenakan memiliki hak cukup tinggi. Lumayan menyiksa kan….
[caption id="attachment_408794" align="aligncenter" width="420" caption="Mayoret 2 Meliuk- Liuk (Foto: Dok Iip R)"]
[caption id="attachment_408795" align="aligncenter" width="480" caption="Mayoret 3, Ga Kalah Dengan Mayoret Marching band (Foto: Dok Iip R)"]
[caption id="attachment_408796" align="aligncenter" width="480" caption="Mayoret 4, Tetap Cantik Meski Disengat Matahari (Foto: Dok Iip R)"]
[caption id="attachment_408797" align="aligncenter" width="480" caption="Mayoret 5, Tetap Enerjik Meski Panas Menyengat (Foto: Dok Iip R)"]
[caption id="attachment_408798" align="aligncenter" width="480" caption="Myoret 6, Lebih Mirip Peragawati (Foto: Dok Iip R)"]
[caption id="attachment_408799" align="aligncenter" width="480" caption="Mayoret 7, Tetap Full Senyum (Foto: Dok Iip R)"]
Sejarah berdirinya Drumblek di Salatiga, berawal dari tahun 1986. Di mana, menjelang perayaan HUT RI, warga kampung Pancuran, Kutowinangun, Tingkir, Kota Salatiga memiliki keinginan membentuk Marching band. Sayang, harga peralatan Marching band ternyata tak murah sehingga membuat warga memutar otaknya agar libido memainkan berbagai instrument Marching band bisa terpenuhi.
Pada saat warga tengah kebingungan, salah satu warga bernama Didik (50) yang merupakan seorang seniman, melontarkan gagasan unik. Ia tetap akan membentuk group Marching band, tapi peralatan pendukungnya dibuat dari barang- barang bekas. Ternyata, ide tersebut disambut antuasias anak- anak remaja kampung Pancuran.
Dengan dukungan dana yang terbatas, mulailah mereka berburu jirigen plastik bekas minyak goreng, drum bekas oli, bambu hingga paralon. Melalui sedikit modifikasi, dibuatlah perangkat Marching band. Meski awalnya saat dipukul mengeluarkan suara yang jauh dari merdu, namun berkat latihan keras yang digelar setiap sore, akhirnya mereka mampu tampil memikat saat karnaval HUT RI tahun 1986.
[caption id="attachment_408802" align="aligncenter" width="630" caption="Mengenakan Pakaian 1/2 Tradisional (Foto: Dok Iip R)"]
Perlahan tapi pasti, Drum blek yang diprakarsai Didik, belakangan mulai memikat warga di Salatiga. Awalnya hanya di tingkat Kelurahan yang membentuknya. Namun, dalam 10 tahun terakhir ini, praktis hamper seluruh kampung memiliki kelompok Drum blek. Mereka biasanya kerap tampil saat karnaval bulan Agustus. Meski tiap tahun selalu digelar festival Drum blek, tapi biasanya hanya peserta yang benar- benar profesional saja yang mau mengikutinya.
“ Untuk event- event tertentu, seperti adanya kunjungan Mentri atau pejabat pusat, biasanya mereka selalu kami tampilkan,” kata Walikota Salatiga Yulianto SE.MM melalui Kabag Humasnya, Adi Setiarso SE, Rabu (8/4) siang.
[caption id="attachment_408804" align="aligncenter" width="630" caption="Salah Satu Kelompok Drumblek Saat Karnaval (Foto: Dok Iip R)"]
Menurut Adi, hampir semua tamu resmi yang disuguhi atraksi Drumblek, pasti terkesima. Walau pada awalnya mereka bersikap biasa karena mengira yang digelar adalah Marching band, tetapi begitu mengetahui yang beraksi adalah Drumblek dengan dukungan barang- barang bekas, mereka langsung berdecak kagum.
Pihak pemerintah kota Salatiga, lanjut Adi, cukup serius dalam melakukan pembinaan terhadap puluhan goup Drumblek yang ada. Digawangi Dinas Perhubungan & Pariwisata, bantuan peralatan selalu disediakan. “ Kami sudah mengajukan hak patent agar Drumblek diakui secara resmi sebagai Marching band tradisional asli Salatiga,” jelasnya. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H