Mohon tunggu...
Bambang Setyawan
Bambang Setyawan Mohon Tunggu... Buruh - Bekerja sebagai buruh serabutan yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Bekerja sebagai buruh serabutan, yang hidup bersahaja di Kota Salatiga

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Aduh, 11 Orang Rimba Meninggal Kelaparan

8 Maret 2015   17:32 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:59 253
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_401506" align="aligncenter" width="700" caption="Orang Rimba Di Hutan (Foto: Dok Taufanwijaya)"][/caption]

Sedikitnya 11 orang rimba yang berada di kawasan Taman Nasional Bukit Dua Belas (TNBD) Sarolangun-Batanghari, Jambi diketahui kehilangan nyawa. Ironisnya, mereka meninggal akibat kelaparan.

Kabar duka meregangnya nyawa orang rimba tersebut, terungkap Sabtu (7/3) malam ketika salah satu stasiun swasta nasional (TV One) menayangkannya. Sungguh tak habis pikir, di Republik yang APBNnya mencapai angka Rp 2.039,5 triliun, rakyatnya tewas gara- gara kelaparan. Sementara, sekitar 150 orang lainnya terancam nyawanya karena menderita berbagai penyakit.

Berdasarkan rincian, dari 11 orang yang melayang jiwanya, 8 diantaranya adalah balita. Sedang 150 orang yang tengah menderita sakit, diduga tertular bakteri TBC. Menghadapi bencana ini, Kasubdit Kerja sama Kelembagaan Evaluasi dan Pelaporan Kemensos RI, yakni Laude Taufik memang langsung turun ke lapangan.

Pihaknya sengaja turun ke lapangan guna mengklarifikasi dan memverifikasi kondisi yang sebenarnya. Hasilnya, para korban meninggal akibat krisis pangan. Minimnya pasokan pangan, ditambah kondisi perubahan iklim dan ketiadaan pelayanan kesehatan , belakangan merenggut nyawa mereka.

Tradisi orang rimba, sebagaimana diungkapkan oleh Taufik, saat ada salah satu yang meninggal, mereka langsung melangun (berpindah tempat). Dilokasi yang baru, ketika kedukaan terulang, mereka kembali melangun. Begitu seterusnya, sehingga berbagai ancaman penyakit mau pun kelaparan setiap waktu selalu mengintai.

Tradisi melangun menurut Taufik, bagi orang rimba timur belum bisa diubah. Hal tersebut sangat berbeda dengan orang rimba di wilayah barat yang sudah mampu mengubah kebiasaannya dalam melangun. Sehingga pemerintah dapat melakukan intervensi, termasuk kebutuhan pangan dan kesehatannya.

Benarkah kebiasaan melangun itu yang membunuh ke 11 orang rimba ? Penjelasan Taufik ternyata tak sepenuhnya benar, sebab, berdasarkan keterangan Sukmareni yang menjadi Koordinator Komunitas Konservasi Indonesia (KKI) Warung Informasi Konservasi (Warsi) melayangnya jiwa orang rimba, yang paling dominan akibat berubahnya habitat.

Faktor lenyapnya ketersediaan pangan dan air bersih dari hutan tempat mereka bermukim menjadi penyebab utama kelaparan serta sakit yang mereka derita. Hutan yang sebelumnya menjadi lokasi bermukim, belakangan makin menyempit akibat perluasan perkebunan.

Dalam beberapa bulan terakhir, lanjut Sukmareni sebagaimana dikutip kantor berita Antara, orang rimba sudah melakukan melangun sekitar 7 kali. Awalnya kelompok tersebut berada di Terap dan Serenggam, pindah ke Olak Besar, terus ke desa Baru, desa Jernih, Sungai Selentik dan Sungai Telentam. Hingga belakangan berpindah menuju wilayah Kabupaten Sarolangun, tinggal di pinggir desa.

Di tempat tinggal terakhir, orang rimba dalam kondisi mengenaskan. Kurangnya asupan gizi, tak ada jaminan kesehatan dan menyempitnya lahan berburu yang sudah banyak disulap menjadi perkebunan, mengakibatkan satu demi satu meregang nyawa. Sedang bakteri TBC terus mengendap dalam tubuh mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun