malam buru hari merenung itu
hutan berbayang jauh ada seekor katak di atas telaga
gemerus alir hujan genangan matamu yang kadang seperti ibu mengusap bayi di dalam rahimnya
aku bermimpi menjadi pesawat kertas dan basah oleh pelukanmu
akankah kekalahan hina dihibahkan senyum yang penuh perhatian itu. malam buru gerus angin. suara badai. seekor piranha kesepian di balik hujan kala kawanan pergi mengoyak mimpi dengan beringas mereka. kau adalah sungai tempatku berenang. kini cabang yang mengalir adalah jemarimu menuju lautan. setiap misteri ingin kusingkap dan kupetakan di atas kasur. ingin ku menjadi kabut meresap gemunung pulau-pulaumu
malam buru hari mengulang fajar bulan bersembunyi di balik hujan. lalu ular masih terlelap ceruk pepohonan. sebelum guruh, kilas memesona itu dirimu. walau kadang rasa takutku menyangga keanggunan yang inti dari jantung, kini petirlah yang datang dan getaran benakku.
aku pohon tumbang dihentak bunga api. aku burung-burung yang lari menumpang guha yang bisu. aku seekor kucing yang rindu hangatnya perapian abu. di dekatku benak dirimu. aku  merangkai jendela agar jauh menatap wajah mu.
Wajo, 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H