wanita itu
berkatmu aku belajar melukai diri sendiri
separuh ketabahan Tuhan ada di dirimu
aku mengenal bahasa yang lembut dari lekuk tuturmu.
kau melarangku tuk menatap matamu
dan melihat apa yang kau tatap
kini aku melihat matahari yang putih
langit yang biru
malam yang hangat
dan intim berdua adalah obrolan yang panjang tentang bunga serta cara merangkainya di ubun penguasa.
kini kusadari aroma wangi ini
datang dari lekuk-lekuk pikiranmu yang berani.
aku adalah pria yang tidak sempurna, O
wanita itu.
aku adalah riang yang tersenyum dingin
dan aku sunyi yang menyapa ramai
aku ingin merangkul dadamu dengan punggungku
dan mengajak mu bercinta di atas aroma rumput dan teduh sore hari
meski kau tak senang dipandang renta
atau tak mampu
berdiri di atas kaki sendiri
dan melangkah dengan kehendak sendiri.
kau mengajarkanku bahasa cinta yang paling luwes adalah pelukan
sebab tanpa lengan pun rahasia tubuhmu aman bersamaku.
Kau menarik tanganku seraya berlari
mengajakku ke sebuah rumah yang kau sebut hatimu
ada yang tidak tertidur dan memberi kasih ke seluruh tubuh
Dia bergema hingga senyap
'pun kuasamu.
Kau wanita itu,
melarangku menghisap susumu
memintaku mengecup jantungmu
mencegatku menghirup kemaluanmu
memintaku menyalami rahimmu.
kau mencium bibirku
lalu menina bobokan aku di atas lenganmu.
pria adalah bayi yang bertubuh besar
mereka tegar tanpa sosok ayah
namun tidak dengan ibu
O, kau wanita itu...
kini kusadari mengapa Tuhan mengenalkanmu
kala kesepianku
termangu di bawah pohon itu
sebab Tuhan adalah rahasia
dan kau adalah jawabannya.
Wajo, 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H