Beribu jejak kaki melewatimu
Beribu pasang mata memandangmu
Hanya satu yang mengenalmu dengan kesetiaan
Saat dingin semakin mencekam jari-jemarimu
Kau hentikan sejenak nyanyian kecilmu dan menghela napas yang semakin hari
semakin dalam
Mencari hangat yang mungkin masih tersisa
Waktu menunjukkan jam 11 malam
Detak jantung irama kaki orang perlahan mulai sunyi
“Waktunya pulang kawan” ucapmu pada anjing kecilmu
Sontak berdiri sang anjing mengikuti langkah kakimu keluar dari jalanan
Kurang dari seratus meter engkau menghentikan langkahmu
Dan perlahan membuka selembar koran yang akan membuatmu nyaman malam ini
Tak pernah kutahu apa yang engkau sebut dengan „pulang‟
Bagiku dan bagi yang lain..
„pulang‟ berarti menuju ke sebuah tempat yang begitu kami rindukan
„pulang‟ mengisyaratkan akan kehangatan cinta yang menanti kami
„pulang‟ adalah tempat perhentian terakhir kami dari perjalanan jauh yang
melelahkan
Namun ketika melihat engkau akupun tersadar
Bahwa sebenarnya aku tak pernah benar-benar „pulang‟
Malang, 4 Agustus 2010
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H