Mohon tunggu...
Bambang Wahyu Widayadi
Bambang Wahyu Widayadi Mohon Tunggu... lainnya -

Menulis sejak 1979. di KR, Masa Kini, Suara Merdeka, Sinartani, Horison, Kompasiana, juga pernah menjadi Redpel Mingguan Eksponen Yogyakarta. Saat ini aktif membantu media online sorotgunungkidul.com. Secara rutin menulis juga di Swarawarga. Alumnus IKIP Negeri Yogyakarta sekarang UNY angkatan 1976 FPBS Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia. Pernah mengajar di SMA Negeri 1 Sampit Kota Waringin Timur Kalteng, STM Migas Cepu, SMA Santo Louis Cepu, SPBMA MM Yogyakarta, SMA TRISAKTI Patuk, SMA Bhinakarya Wonosari, SMA Muhammadiyah Wonosari. Pernah menjabat Kabag Pembangunan Desa Putat Kecamatan Patuk. Salam damai dan persaudaraan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Untuk Apa Ikan Setan Mulai Diburu

24 Februari 2016   18:07 Diperbarui: 24 Februari 2016   19:32 667
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Dermaga Sadeng, di sini tuna dan gindara mendarat. Foto Slamet SPd."][/caption]Iwan Haryanto, warga Pedotan Wetan, desa Putat, kecamatan Patuk, kabupaten Gunungkidul penasaran. Bapak tiga anak yang punya hobi memancing di laut ini, tidak percaya terkait informasi, bahwa ikan gindara hanya ada di perairan Papua dan Sulawesi. Iseng-iseng dia mencoba berburu  gindara di perairan Sadeng, kecamatan Girisubo, Gunungkidul.

Ikan gindara, dari berbagai sumber diketahui, mirip tuna tetapi kulitnya hitam, mata melotot, sehingga oleh para nelayan sering disebut ikan setan.
[caption caption="ikan gindara, foto jamal"]

[/caption]
"Ikan gindara, berkhasiat untuk menyembuhkan berbagai penyakit, utamanya menghancurkan kolesterol dalam darah," ujar Iwan Haryanto," Rabu 24/2/2016

Berjam-jam dia nongkrong di bibir pantai Sadeng, tetapi hasilnya nihil. Sarpan, ketua nelayan pantai setempat mengatakan, bahwa anak buahnya sering memperoleh tangkapan ikan gindara. "Cuma saat ini memang belum musim. Dan namanya pun berbeda. Kami menyebutnya  itu ikan tuna hitam," timpalnya.

Agus Priyanto Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Gunungkidul, saat diklarifikasi mengenai potensi serta populasi ikan gindara menyatakan, belum memperoleh masukan dari para nelayan.

"Bahkan saya belum pernah dengar di perairan pantai selatan ada jenis ikan seperti itu. Yang banyak ditangkap justru ikan tuna. Biasanya, kalau tidak terjadi anomali cuaca, musimnya di awal Maret," tukasnya.

Jamal Basmal, peneliti pada Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan menyatakan, ikan gindara yang tertangkap merupakan sampingan dari penangkapan ikan tuna.

Dari penelusuran pustaka Jamal menemukan tangkapan 194.173 ton ikan tuna, estimasi ikan gindara yang ikut tertangkap sekitar 5% atau 9.708,65 ton.

Menurut Jamal, tidak keliru ketika Iwan Haryanto bersepekulasi di perairan Sadeng. Ketika banyak ikan tuna, dipastikan di situ ada ikan gindara.

Dipaparkan bahwa kandungan minyak esensial dalam daging ikan gindara prospektif dikembangkan sebagai bahan neutrasetikal tertutama untuk penurunan kolesterol dalam darah.

Dijelaskan, dalam daging gindara terkandung 88,74% asam lemak tak jenuh. Hanya dengan mengkomsumsi sekerat daging gindara bobot 2 gram saja,  akan menguras radikal bebas yang mengendap dalam tubuh.

Wahyu Triyanto, rekan Iwan merasakan, kokesterolnya luruh total. "Usai makan daging gindara, semua lemak jenuh terkuras, keluar saat saya buang air besar," akunya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun