[caption id="attachment_306741" align="aligncenter" width="300" caption="Monde berkaos hitam, Sumbul Biru. Ft Bewe"][/caption]
Di tengah badai ekonomi, mencari duit serba sulit. Tetapi menemukan makanan dan minuman yang harganya terjangkau, masih relatif gampang. Dompet isi Rp 10.000,00 mana berani masuk rumah makan, apalagi restoran. Dengan uang ‘segitu’ Anda bisa nyaman nongkrong di Angkringan Sega Kucing (ASK). Hampir di seluruh kota di Indonesia, ASK bisa ditemukan.
ASK sebagai bagian dari sektor informal, awalnya hanya berkembang di kota. Masyarakat urban yang tidak mendapatkan lapangan kerja karena alasan ketrampilan dan ijazah, memilih membuka warung kecil berfasilitas grobag dorong bertenda plastik.
ASK makin menjamur, tidak hanya berkembang di kota, tetapi juga marak di level pedesaan. Kalau umumnya ASK buka di malam hari, sesuai dengan perkembangan perut (baca: penduduk), dewasa ini tak sedikit ASK yang buka di siang bolong.
Biasa, standby di tepi jalan strategis. Pulang dari kluyuran, saya sempatkan mampir di ASK milik Mas Sumbul. Sekedar testimoni, pengin membuktikan apa benar ASK menjajakan makanan dan minuman murah.
Sehari jalan-jalan, meski kaki disambung kuda besi, ternyata capek juga. Empat bungkus segokucing, segelas es teh tawar, tambah 2 tempe dan 2 tahu bacem, saya hanya bayar Rp 10.000,00. Saya bandingkan dengan harga satu porsi sate kambing selisihnya Rp 15.000,00 lebih.
Murah banget Mas, saya mencoba mengorek keterangan Sumbul. “Tidak Bos, itu harga wajar.” Saya penasaran, investigasi pun berjalan, satuan waktunya sepanjang es teh tawar masuk ke kerongkongan.
Sulit saya menceritakan pengalaman Sumbul. Saya pun memutuskan untuk membuat tabel, sehingga penghasilan Sumbul rata-rata per 8 jam mencapai lebih dari Rp 50.000,00
No
Jenis Dagangan
Porsi
Harga Jual
Nilai Jual
Upah
1
Teh
25
2000