[caption id="attachment_359564" align="aligncenter" width="300" caption="Wildaniar, usai daki gunung. Dok Bewe"][/caption]
Bisa dikatkan kebetulan, bisa juga disengaja. Wildaniar Prence Wandowangko Taruni Akpol asal Papua 2 Noveber silam berulang tahun. Dia adalah salah satu dari 17 Taruna/Taruni Akpol yang latja (latihan kerja) di Polres Gunungkidul selama sebulan. Sebelum Kamis 18/12/2014 balik Semarang, Wildaniar bersama 16 taruna lainnya menyempatkan menikmati panorama Gunung Api Purba (GAP) di Nglanggeran, Patuk, Gunungkidul
“Pesta ultah sederhana udah saya laksanakan 23 November lalu. Tapi kali ini bersama rekan se angkatan mumpung naik gunung, refresing sekalian bikin dokumen abadi sebelum kembali ke bangku akademi,” ujar Wildaniar, Minggu 14/12/2014.
Ultah tidak harus dirayakan dengan pesta pora. Menikmati terjal dan indahnya GAP bersama teman, bagi Wildaniar calon perwira muda kelahiran 2/11/1993 ini, membawa kesan yang selama hidup sulit dilupakan.
“Saya tidak pernah membayangkan sebelumnya, ternyata Gunungkidul merupakan Bali-nya Indonesia di Yogyakarta,” ujarnya setelah 120 menit naik turun GAP.
Widaniar ternyata bukan satu-satunya taruni yang latja di Polres Gunungkidul. Ada tiga taruni lain yang juga sama-sama gemar mendaki, masing-masing: Wiwit Setyabudi, Yosra Mandung, serta Yuliana Plantika.
Lain Wildaniar lain I Made Purwantara. Calon perwira yang usianya hanya selsih 2 tahun lebih tua dari Wilda, bicara soal pengalaman mendaki GAP. “Sampai Pos I cukup capek, tetapi semua itu nyaris tak terasa, karena terbayar oleh kecantian alam Gunung Ngalnggeran,” timpalnya.
Dia bilang ada satu kekurangan. Dari sisi keamanan pengunjung, terutama ketika naik ke puncak, kayu-kayu yang ditancap ke tanah sebagai pegangan merayap, kebanyakan telah lapuk. “Sebaiknya itu diperbaiki, lebih-lebih musim hujan kayak begini,” ulasnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H