Lima tahun berjalan engkau telah mengantarkan Timnas Indonesia ke lapangan rumput kelas dunia. Namun, belum ada satu pun buku tentang engkau yang ditulis dan diterbitkan di sini.
Ini memang agak laen karena biasanya penulis dan penerbit buku di Indonesia senang sekali menuliskan biografi tokoh atau sepak terjang tokoh yang lagi naik daun.Â
Mungkin karena engkau hanya seorang pelatih sepak bola dari Negeri Gingseng. Sosokmu tak lebih menarik dari politikus yang sedang naik daun atau memaksa naik pohon.
Entahlah, boleh jadi membincangkan sepak bola itu justru lebih menarik tentang drama-drama politik di luar stadion sepak bola.
Drama itu pula yang terjadi pada hari ini ketika engkau, Coach Shin, harus dibebastugaskan melatih Garuda Senior sebelum masa kontrak engkau usai. Skenario antiklimaks yang nggak asik banget, kata anak-anak milenial.Â
Begitulah ketika Erick Thohir dengan hikmat mengumumkan engkau dibebastugaskan, riuhlah media sosial dengan pernyataan, ucapan, dan komentar tentangmu.
Sebagian menyesalkan keputusan awal tahun dari Ketum PSSI itu dan mungkin ada juga yang justru lega serta mendukung 1.000%.Â
Seorang warganet dengan akun @bmtqn, di Twitter berkicau: STY tidak dipecat. Blio hanya dirotasi menjadi Kelamkonprofpol Waketbidkermadianmas. Kicauan menghibur diri dari perihnya hari-hari kami selanjutnya di Stadion Sriwedari. Loh, kok ke Solo.
Namun, maaf belum ada satu pun buku tentang engkau, Coach Shin, yang ditulis dengan bahasa kami.
Janganlah engkau bandingkan dengan buku tentang Ketum PSSI kami. Nilai jualnya dengan derau dunia politik Indonesia itu lebih menarik daripada sosok engkau, Coach Shin, yang lebih sering nyengir dari lapangan pinggir.Â
Daku pernah membaca artikel tentang engkau yang ditulis seorang bloger kenamaan. Sosok engkau dideskripsikan dan dinarasikan sangat luar biasa dan penuh penghormatan. Daku sendiri bukanlah seorang maniak sepak bola, tetapi Timnas itu harga pingsan, terutama pada akhir-akhir ini.Â
Daku pun merasa bersalah tidak menuliskan buku tentang sosok dan prestasimu di sini saat ini.
Mungkin nanti daku akan menuliskannya setelah meriset lebih jauh tentang engkau. Bukan untuk dijual, melainkan dibagikan gratis lewat jejaring digital.Â
Pastilah ada yang ingin membaca tentang engkau demi mengenang kiprah kepelatihan yang membanggakan.
Google Gemini bilang belum ada informasi buku tentang engkau, termasuk buku kisah hidup. Adalah Penerbit Buku Kompas yang bersiap menerbitkan buku tipis 56 halaman.
Penulisnya tertulis Martinus Danang Pratama Wicaksana. Judulnya, Era Shin Tae-yong Bersama "Garuda". Tampaknya buku itu hasil reportase jurnalis Kompas tentang sepak terjang engkau bersama Garuda yang membawa perubahan signifikan.
Meskipun diposkan Juli 2024, berita segera terbit buku itu tampaknya belum betul-betul terwujud menjadi buku. Entahlah, apakah Penerbit Buku Kompas sedang menunggu momentum?
Dalam pandanganku memang pantaslah sebuah buku didedikasikan untuk seorang Coach Shin dengan segala kelebihan dan kekurangannya.
Seharusnya hari ini kami membincangkan tentang makan bergizi gratis (MBG) itu, Coach Shin. Tapi, selera itu menjadi hilang. Berita tentangmu ternyata lebih riuh daripada kodok-kodok yang bernyanyi pada musim hujan kini.Â
Namun, ada kenangan paling tidak Hyundai Indonesia pernah menghadiahimu 1 Stargazer dan 1 Palisade. Terus dua mobil itu mau dikemanakan? Biarlah nanti buku yang mengisahkannya. Engkau selalu menjadi warga kehormatan pada hatiku.
Terima kasih, Coach Shin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H